Minggu, 19 Januari 2014

Yahya Schroder: Meninggalkan Kenikmatan


"Menurut mereka, Islam itu keren!" kata Yahya menirukan pendapat teman-temannya.

November 2006, menjadi bulan bersejarah bagi remaja Jerman itu. Saat ia 17 tahun, mengucapkan 2 kalimat syahadat & menjadi seorang Muslim. Memilih Yahya, sebagi nama Islamnya & sejak itu remaja Jerman yang kini tinggal di Postdam. Dikenal dengan nama Yahya Schroder.
Yahya hidup berkecukupan dengan ibu & ayah tirinya di sebuah desa kecil di Jerman. Ia tinggal di rumah yang besar lengkap dengan kolam renang yang luas. Di kamarnya ada tv & PS & Yahya tidak pernah kesulitan uang. Seperti remaja lainnya, Yahya sering bergerombol bersama teman-temannya, minum alkohol atau melakukan hal-hal konyol.

Semua 'kenikmatan' itu ia tinggalkan ketika Islam. Setelah mualaf, Yahya memilih tinggal dekat ayahnya yang sudah lebih dulu Islam, di Postdam dekat Berlin. Yahya mengaku tidak bahagia, meski saat masih ikut ibu & ayah tirinya yang kaya, hidupnya serba enak. 


"Saya mencari sesuatu yang lain," ujarnya.

Yahya mengenal komunitas Muslim di Postdam ketika ia 16 tahun, lewat ayah kandungnya yang lebih dulu masuk Islam pada 2001. Ketika itu, ia biasa mengunjungi ayah kandungnya sebulan sekali & sering ikut sang ayah menghadiri pertemuan-pertemuan dengan komunitas Muslim setiap Minggu.

Yahya merasa tertarik dengan Islam & ayahnya memperhatikan hal itu. Hingga suatu hari sang ayah mengatakan tidak mau membahas soal Islam, ketika berdua saja. Ayah menginginkan puteranya belajar dari orang-orang yang ilmu Islamnya lebih tinggi. Agar, jika Yahya Islam tidak ikut-ikutan yang telah dilakukan ayahnya.

"Saya setuju dengan ayah & mulai menghadiri pertemuan-pertemuan itu sendiri, setiap bulan. Tapi saat itu terjadi sesuatu hal yang mengubah cara berpikir saya," ujar Yahya.

Yahya bercerita, ia mengalami kecelakaan saat pergi berenang bersama komunitas Muslim. Ketika ia melompat ke kolam renang dari ketinggian, kepalanya membentur dasar kolam renang & tulang punggungnya patah. Ayahnya membawa ke rumah sakit & dokter di rumah sakit itu mengatakan hal yang membuat gentar hatinya.

"Punggungmu mengalami patah tulang yang parah, satu satu saja gerakan yang salah, bisa membuatmu lumpuh," kata dokter.

Yahya menjalani operasi. Beberapa saat sebelum masuk ruang operasi, teman Yahya di komunitas Muslim bernama Ahmir memberinya semangat, 


"Yahya, sekarang engkau berada di tangan Allah. Ini seperti naik rollercoaster. Sekarang engkau sedang berada dalam puncak kenikmatan naik sebuah rollercoaster & percayalah pada Allah."
Operasi berlangsung 5 jam & Yahya baru siuman 3 hari kemudian. 


"Saya tidak bisa menggerakan tangan kanan saya, tapi saya merasa sangat bahagia. Saya bilang ke dokter bahwa saya tidak peduli dengan tangan kanan saya. Saya sudah sangat bahagia Allah telah membiarkan saya tetap hidup," tutur Yahya.

Dokter mengatakan Yahya harus dirawat di rumah sakit beberapa bulan. Tapi Yahya cuma 2 minggu di rumah sakit, karena ia berlatih keras. Yahya bahkan sudah bisa naik turun tangga 2 hari sebelum dokter datang & mengatakan hari itu ia akan berlatih naik tangga.

"Alhamdulillah saya cuma 2 minggu di rumah sakit. Sekarang saya sudah bisa menggerakan tangan kanan saya. Kecelakaan itu telah banyak mengubah kepribadian saya," aku Yahya.

"Saya merasakan, ketika Allah menginginkan sesuatu terjadi, hidup seseorang berubah total dalam hitungan detik. Oleh sebab itu, saya lebih menghargai kehidupan & mulai berpikir tentang kehidupan saya & Islam, tapi saat itu saya masih tinggal di sebuah desa kecil," kisah Yahya.

Keinginan Yahya menjadi Muslim makin kuat, sehingga ia berani memutuskan meninggalkan keluarganya di desa itu. Yahya menuturkan, 


"Saya meninggalkan ibu & ayah tiri saya, meninggalkan gaya hidup mewah & ke Postdam, tinggal di apartemen kecil ayah kandung. Saya tak keberatan menempati sebuah dapur kecil, karena saya cuma membawa sedikit pakaian, buku-buku sekolah & beberapa CD."
"Kedengarannya kehilangan segalanya, tapi saya bahagia, sebahagia ketika siuman di rumah sakit setelah kecelakaan buruk itu," ujar Yahya.

Diejek Teman Sekolah

Sehari setelah hari pertamanya masuk sekolah di Postdam, Yahya mengucapkan 2 kalimat syahadat. Yahya pun menjalani kehidupan barunya sebagai Muslim. Meski di sekolah banyak yang mengejeknya karena menjadi Muslim. Beberapa orang menganggapnya "gila" bahkan tidak percaya kalau dirinya orang Jerman asli.

"Saya melihatnya sebagai hal yang biasa karena informasi yang mereka baca di media tentang Islam & Muslim. Media massa menulis tentang Islam yang disebut teroris, Usamah bin ladin, Muslim yang jahat, & sebagainya," tukas Yahya.

10 bulan berlalu & situasi mulai berubah. Yahya aktif berdakwah pada teman-teman sekelasnya & ia mendapatkan sebuah ruangan untuk salat. Padahal, cuma dia satu-satunya siswa Muslim di sekolahnya.

"Teman-teman sekelas berubah, yang dulunya menggoda karena masuk Islam, sekarang banyak bertanya tentang Islam & mereka mengakui Islam tidak sama dengan agama-agama lainnya. Menurut mereka, Islam itu keren!" kata Yahya menirukan pendapat teman-temannya.

Yahya mengungkapkan, teman-teman sekolahnya menilai Muslim memiliki adab yang baik dalam berinteraksi dengan sesama manusia, bebas dari tekanan teman sekelompok seperti yang terjadi di sekolah mereka. Saat itu siswa-siswi di sekolah Yahya cenderung berkelompok atau membentuk genk. Mulai dari genk hip hop, punk sampai genk hobinya berpesta. Setiap siswa berusaha keras diterima menjadi anggota genk itu.

Tapi Yahya, ia bisa berteman dengan siapa saja. 


"Saya tidak perlu mengenakan pakaian khusus agar terlihat keren. Yang terjadi malah, genk-genk itu sering mengundang saya & teman-teman Muslim saya ke pesta-pesat barbeque mereka," tandasnya.

"Yang istimewa dari semua ini adalah, mereka menghormati saya sebagai seorang Muslim. Mereka membelikan makanan halal buat saya & mereka menggelar 2 pesta barbeque, 1 untuk mereka & 1 untuk Muslim. Masyarakat disini mulai terbuka dengan Islam," sambung Yahya mengenang masa-masa sekolahnya.

Yahya menambahkan, lebih mudah menjadi mualaf daripada Muslim sejak lahir. Ia banyak melihat banyak anak-anak muda Muslim yang ingin menjadi orang Jerman & melihat Islam hanya tradisi. Anak-anak muda itu, kata Yahya, bersedia melepas 'tradisi' keislamannya supaya bisa diterima di tengah masyarakat Jerman.

"Meskipun faktanya, orang-orang Jerman tetap tidak mau menerima mereka meski mereka melepas agama Islamnya," ujar Yahya.

Ia mengakui, kehidupan seorang Muslim di Jerman tidak mudah. Karena, mayoritas masyarakat Jerman buta tentang Islam. 


"Kalau mereka ditanya tentang Islam, mereka akan mengatakan sesuatu tentang Arab. Buat mereka, pertanyaan itu seperti soal matematika, Islam=Arab". Padahal negara ini memiliki bangsa yang besar," tukas Yahya. (ln/readislam) [14010043;mualaf.com]

-------------------


"Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata." [39:22]
"Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya." [2:257]

0 komentar:

Posting Komentar

hanya komentar yang baik, menyejukkan, mencerdaskan, menginspirasi