[#130383#
Digital Quran Sony Sugema 3.0; Indeks Quran Mahmud As-Syafrowi; Pandasurya
Wijaya,20-2-2013, merdeka.com]
Malaysia mengaku sangat butuh Jokowi
Kondisi Malaysia semakin memanas
menjelang pemilihan umum April mendatang. Warga Malaysia menyoroti kondisi
perpolitikan di negerinya yang semakin memburuk.
Mereka mengaku menginginkan sosok seperti Joko Widodo (Jokowi), gubernur Ibu Kota Jakarta, saat ini.
Syed Nadzri Syed Harun, seorang kolumnis Malaysia, menulis tentang kondisi negeri jiran itu menjelang pemilu dikaitkan dengan sepak terjang Jokowi. Tulisan Syed Nadzri Syed Harus dilansir koran The Malay Mail, Selasa (19/2).
Tulisan Nadzri berjudul, Wanted badly: A Malaysian Jokowi. Dalam tulisannya Nadzri mengutip kisah Jokowi dalam majalah The Economist & surat kabar The Wall Street Journal akhir Januari lalu. Dia mengatakan, Jokowi yang baru menjabat Gubernur Jakarta akhir Oktober tahun lalu lebih menekankan kerja nyata ketimbang sibuk dengan urusan politik.
"Jokowi bahkan mau masuk ke gorong-gorong & mengunjungi daerah kumuh serta berbicara dengan rakyat miskin tentang akses kesehatan & pendidikan," tulis Nadzri.
Jokowi, kata dia, juga langsung turun tangan menangani banjir besar yang merendam Jakarta bulan lalu. "Dia lebih menekankan aksi nyata untuk menangani banjir," demikian tulisan Nadzri, beberapa mengutip artikel The Economist dia.
Pada 8 Januari lalu Jokowi juga terpilih sebagai Wali Kota terbaik ketiga di dunia ketika dia menjabat sebagai wali kota Solo.
Tak hanya itu, Nadzri menyoroti kondisi kemacetan parah yang selalu melanda Ibu Kota Kuala Lumpur, Johor Baru, & Penang, hingga menyebabkan kualitas kehidupan menurun. Dia mengangkat kisah Jokowi yang akan mewujudkan pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) di Jakarta untuk mengatasi kemacetan.
Nadzri kembali menegaskan buruknya kondisi Malaysia saat ini yang banyak dipimpin oleh orang-orang yang lebih mementingkan urusan politik ketimbang aksi nyata.
"Kita butuh Jokowi di sini. Dan seperti pernah dia katakan, dia tak ingin jadi presiden. Dia hanya menjalankan pekerjaan mulia."
Mereka mengaku menginginkan sosok seperti Joko Widodo (Jokowi), gubernur Ibu Kota Jakarta, saat ini.
Syed Nadzri Syed Harun, seorang kolumnis Malaysia, menulis tentang kondisi negeri jiran itu menjelang pemilu dikaitkan dengan sepak terjang Jokowi. Tulisan Syed Nadzri Syed Harus dilansir koran The Malay Mail, Selasa (19/2).
Tulisan Nadzri berjudul, Wanted badly: A Malaysian Jokowi. Dalam tulisannya Nadzri mengutip kisah Jokowi dalam majalah The Economist & surat kabar The Wall Street Journal akhir Januari lalu. Dia mengatakan, Jokowi yang baru menjabat Gubernur Jakarta akhir Oktober tahun lalu lebih menekankan kerja nyata ketimbang sibuk dengan urusan politik.
"Jokowi bahkan mau masuk ke gorong-gorong & mengunjungi daerah kumuh serta berbicara dengan rakyat miskin tentang akses kesehatan & pendidikan," tulis Nadzri.
Jokowi, kata dia, juga langsung turun tangan menangani banjir besar yang merendam Jakarta bulan lalu. "Dia lebih menekankan aksi nyata untuk menangani banjir," demikian tulisan Nadzri, beberapa mengutip artikel The Economist dia.
Pada 8 Januari lalu Jokowi juga terpilih sebagai Wali Kota terbaik ketiga di dunia ketika dia menjabat sebagai wali kota Solo.
Tak hanya itu, Nadzri menyoroti kondisi kemacetan parah yang selalu melanda Ibu Kota Kuala Lumpur, Johor Baru, & Penang, hingga menyebabkan kualitas kehidupan menurun. Dia mengangkat kisah Jokowi yang akan mewujudkan pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) di Jakarta untuk mengatasi kemacetan.
Nadzri kembali menegaskan buruknya kondisi Malaysia saat ini yang banyak dipimpin oleh orang-orang yang lebih mementingkan urusan politik ketimbang aksi nyata.
"Kita butuh Jokowi di sini. Dan seperti pernah dia katakan, dia tak ingin jadi presiden. Dia hanya menjalankan pekerjaan mulia."
[tts]
Larangan menjadikan orang kafir sebagai pemimpin.
Allah berfirman, “Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang
kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat
demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah kecuali karena (siasat)
memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah
memperingatkan kamu terhadap diri (siksa) Nya. Dan hanya kepada Allah kembali
(mu).” [Ali-Imran 3:28]
Kenapa bukan
orang kafir sebagai pemimpin?
Karena, mereka
benci kebenaran. Karena mereka dalam kesombongan & suka bermusuhan. Karena
mereka tidak mau mendengar petunjuk. Karena mereka menganggap baik, perbuatan
buruknya. Karena mereka mengkhianati perjanjian. Karena mereka, …..
Allah berfirman, “Atau
(apakah patut) mereka berkata: "Padanya (Muhammad) ada penyakit
gila." Sebenarnya dia telah membawa kebenaran kepada mereka, &
kebanyakan mereka benci kepada kebenaran.”
[Al-Mukminun 23:70]
“Sebenarnya
orang-orang kafir itu (berada) dalam kesombongan & permusuhan yang
sengit.” [Shad 38:2]
“Dan
perumpamaan (orang yang menyeru) orang-orang kafir adalah seperti penggembala
yang memanggil binatang yang tidak mendengar selain panggilan & seruan
saja. Mereka tuli, bisu & buta, maka (oleh sebab itu) mereka tidak
mengerti.” [Al-Baqarah 2:171]
“Dan
jika kamu khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari suatu golongan, maka
kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat.” [Al-Anfal
8:58]
Kita berharap
pemimpin yang amanah, taat pada bimbingan Ilahi. Karena, setiap jiwa, akan
dimintai tanggung jawabnya.
Allah
berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus;
ada yang bersyukur & ada pula yang kafir.”
[Al-Insan 76:3]
“Tiap-tiap
diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya,” [Al_Mudatstsir 74:38]
Agar
manusia pulang ke ‘sebaik-baik kampung kembali’, surga dengan jiwa yang tenang.
Jiwa yang tenang diridoi Allah. Diundang bersama-sama hamba-hambaNya yang taat,
masuk ke surgaNya.
“Hai jiwa
yang tenang.
Kembalilah
kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridai-Nya.
Maka
masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku, & masuklah ke dalam surga-Ku.” [Al-Fajr 89:27-30]
0 komentar:
Posting Komentar
hanya komentar yang baik, menyejukkan, mencerdaskan, menginspirasi