Selasa, 06 Maret 2012

BISARA SIANTURI: PENDAKWAH Di Rumah Walikota

[Journey to Islam ;14 Feb 2005] 


True Story : Mengajak anak walikota Medan masuk kristen tapi terbalik masuk Islam.

Bisara lahir di Tapanuli Utara, 26 JunI 1949. Dibesarkan keluarga yang taat Prostestan. 1968, Bisara ke Medan. 

Nasibnya baik, berkenalan dengan Walikota (Datuk Bandar) Medan, Ahmad Syah. Dia tinggal di rumah walikota. Selama tinggal di rumah walikota, dia mencoba berdakwah anak-anak walikota. Melalui lagu-lagu gereja. 

Anak-anak itu dekat dengannya & suka lagu-lagu yang diajarkannya. Walikota, tidak marah. Dia pernah bertanya, agama apa yang baik. Jawabnya, semua agama baik. 

Pemikiran terbuka walikota itulah yang membuatnya senang & berani, mengajarkan lagu-lagu gereja itu. Kalau sudah memiliki pemikiran ini, mudah diajak Kristen.


"Saya berniat mengkristiankan keluarga ini. Pertama anak-anaknya. Maka saya ajari lagu-lagu gereja. Anehnya, mereka suka sekali," kenang Bisara Sianturi.
Usaha Bisara, tidak lancar. Di rumah walikota, tinggal juga bapak mertuanya, Haji Nurdin. Walikota tidak keberatan, tetapi Haji Nurdin tidak suka. Suatu petang, di ruang depan, Haji Nurdin mengajak Bisara bercakap serius. 

Haji Nurdin luas pengetahuan agamanya. Berdialog agama. Menawarkan diri masuk Kristen, jika Bisara mampu menyakinkan Haji Nurdin melalui hujah-hujahnya.

"Kalau kamu bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan saya dengan benar, saya berserta keluarga saya seluruhnya dengan ikhlas & sukarela akan mengikuti kepercayaan kamu," kata Haji Nurdin waktu itu. 


Tawaran yang menggugat hati Bisara. Bersemangat menyanggupinya. Dia kira, dapat menjawab dengan mudah. Ternyata, justru membuat keyakinnan Kristennya goyah.

"Mana lebih dahulu Tuhan dengan air?" tanya Haji Nurdin. "Pak Haji ini bercanda. Anak kecil juga bisa menjawab," ucap Bisara.

"Saya tidak bercanda. Kalau kamu bisa menjawabnya, saya & keluarga masuk agamamu!" tegas Haji Nurdin.

"Tentu lebih dahulu Tuhan, kerana Tuhanlah yang menciptakan air," jawab Bisara. "Kalau begitu, kapan Tuhan kamu lahir? Bukankan Tuhanmu, Jesus, lahir pada tahun 1 Masehi? Bukankah tarikh Masehi yang kita pakai mengikuti tarikh kelahiran Jesus? Bukankah sebelum Jesus lahir sudah ada air? Kalau begitu air lebih dulu ada, sebelum Tuhanmu?" balas Haji Nurdin. Bisara kebingungan. Dia dengan mudah menjawabnya kembali.

"Jesus itu' kan anaknya Tuhan." "Bukankah dalam ajaran agamamu dikenal ajaran "Trinitas" yang menganggap 3 tuhan, Tuhan Bapak, Jesus & Roh Kudus sebagai 1 kesatuan yang tidak boleh dipisahkan? Satu berarti 3 & 3 berarti 1. Kalau demikian, tidak mungkin kita memisahkan Tuhan Bapak, Jesus & Roh Kudus. "Kalau Tuhan Jesus jatuh atau diragukan dengan pertanyaan seperti tadi, berarti yang lain juga ikut jatuh," kata Haji Nurdin.

Bisara bingung, tak membantah lagi. "Yang kedua. Dalam Injil Matius pasal 27 ayat 46, disebutkan bahawa Jesus meminta tolong ketika sedang disalib. Coba fikir, bagaimana mungkin Tuhan yang Maha Sempurna minta tolong, Kalau Tuhan minta tolong, bererti dia tidak pantas dianggap Tuhan," kata Haji Nurdin.

Kali ini Bisara tambah terkejut. Tidak menyangka Haji Nurdin mengerti banyak Injil. Dia tidak mampu menjawab lagi. Bisara kesal, meskipun semua meresap ke hatinya, tetapi ia tidak menerima begitu saja. Dia balik bertanya tentang kebiasaan orang Islam menyunat anak-laki-lakinya.

"Saya heran, orang Islam. Katanya Tuhan Maha Sempurna, apa yang diciptakan Tuhan sudah sempurna, tetapi umat Islam malah merubah ciptaan Tuhan, Bererti orang Islam lebih hebat daripada Tuhan? "Buktinya, Allah sudah menciptakan lelaki dengan sempurna, mengapa oleh orang Islam lelaki itu harus disunat? Bukankah ini berarti orang Islam lebih hebat dari Tuhan?"
tanya Bisara.

Haji Nurdin, tidak hilang akal. Dia minta anak muda itu diam di tempatnya, beliau pergi ke pinggir jalan.

"Kamu tunggu di sini dulu sebentar. Saya akan kembali secepatnya," jawab Haji Nurdin seraya melangkah keluar rumah. Tidak lama, Haji Nurdin kembali, membawa sebiji durian.

"Kamu suka durian?" tanya Haji Nurdin. "Suka!" jawab Bisara. "Sekarang kamu makan durian ini, tetapi jangan kamu buka kulitnya," tawar Haji Nurdin. "Bagaimana mungkin saya makan buah ini tanpa membuka kulitnya?" tanya Bisara.

"Bukankah Tuhan sudah menciptakan durian dengan sempurna seperti itu?" balas Haji Nurdin. 


Bisara makin terkejut. Tidak menduga orang tua di hadapannya, begitu cerdas & luas pengetahuannya, sehingga sebiji durian dijadikan jawaban. Percakapan itu, membuat bangunan keyakinannya, rapuh. 


Bimbang. Ketika itulah, hidayah Allah datang. Dia tersadar, semua perkataan Haji Nurdin benar. Tetapi, Haji Nurdin yang bijak meminta berfikir masak-masak. 

"Sekarang fikirkanlah lagi masak-masak. Apakah selama ini keyakinan itu benar-benar telah membuat kebahagian dalam hatimu? Kalau pun kamu akan masuk Islam, fikirkan juga masak-masak untung ruginya. Fikirkan apakah Islam membahagiakan kamu? Saya beri 1 minggu memikirkannya. Jangan sampai menyesal!" ujar Haji Nurdin.

"Sebelum selesai percakapan, Haji Nurdin sempat menjelaskan cara Islam mengatur kebersihan orang muslim dengan beristinjak & berwudhu. Penjelasan Haji Nurdin saya semaikn percaya, Islam yang sebenarnya," kenang Bisara.


Sebelum dialog, Bisara 2 kali meragukan keyakinannya. Pertama, ketika di kampungnya, setiap tahun baru diadakan pesta pora. Anak-anak muda sekenyang-kenyangnya. Hampir semua orang setiap, mabuk kekenyangan. 

Bisara remaja berfikir, apakah tidak ada aturan agama yang mengatur ukuran makanan yang boleh dimakan? Ia mulai ragu agama yang dianutinya. Kedua, Minggu, terlambat ke gereja. 

Di tengah jalan di melewati geraja lain. Dia masuk, tetapi tidak boleh sembahyang, kerana sembahyang di gereja itu berbeda dengan di gerejanya. Esoknya, bertanya kepada pendetanya. "Sebenarnya, yang membawa agama ini berapa? Kenapa saya tidak boleh sembahyang di tempat lain?" tanya Bisara kepada pendetanya.

Pendeta tidak dapat menjawabnya. Dia mengatakan, itu peraturan yang tidak boleh dipertanyakan. Kecewa. Semua peristiwa itu berlalu begitu saja. Tidak memperdulikan lagi. Akhirnya, bercakap-cakap dengan Haji Nurdin, membuat keyakinan runtuh. Kesempatan berfikir itu, Bisara merenungi keyakinan selama ini.

Dia ingat betul keterangan Haji Nurdin mengenai istinjak & wudhuk, salah 1 ketentuan ibadah. Kagum ajaran islam,  mengatur umatnya sampai hal-hal yang kecil & remeh, tetapi bermanfaat bagi kebersihan manusia. Baik fisik maupun rohani. 


Satu minggu kemudian, meminta walikota, diislamkan. Walikota memanggi ulama temannya. Disaksikan walikota Medan Ahmad Syah, Haji Nurdin & seorang tokoh Muhammadiyah Ende Pane serta ulama, Bisara mengucapkan 2 kalimah syahadah.

Ulama memberikan nama baru. Pemberian nama itu agak unik. Ulama itu membuka al-Quran secara acak. Dari al-Quran itulah diambil nama Mahmud. Ulama 3 kali membuka al-Quran & menemukan nama yang sama, Mahmud. Bisara lupa surah & ayat.

"Ulama itu sampai 3 kali membuka al-Quran secara sembarangan. Tidak ada yang diberi tanda. Tetapi begitu dibuka, selalu yang terbuka muka yang sama. Dari ayat Quran itulah ulama itu memberikan nama Mahmud kepada saya. Saya sendiri tidak tahu surah & ayat yang mana yang diambil untuk nama saya," Kenang Bisara Mahmud Siantur.

Dia belajar. Memeluk islam, bukan perkara mudah. Cobaan datang. 3 bulan Islam, ditangkap polisi, tuduhan menghina agama lain & memecah belah. Isi ceramah menceritakan dia memeluk Islam. 


Ceramah di lapangan terbuka. Penganut lain tersinggung. Dia pun ditangkap & dihukum 1 tahun. "Saya tidak memfitnah atau memburuk-burukkan. Hanya memaparkan fakta. Saya tunjukkan bukti-buktinya dalam al-Quran & Injil, tidak ada yang bohong. Poliis tetap menuduh, menghina agama lain,"

Masuk kurungan, ditawari pembebasan, syaratnya, murtad. Islam sudah teguh, dia menolak tegas. "Kalau pun kamu beri seluruh kekayaan kamu, saya tidak akan mau kembali kepada agamamu," jawab Mahmud Sianturi. 


Setelah dibebaskan dengan jaminan Ende Pane, tokoh Muhammadiyah, saksi dulu. Ende Pane juga menawarkan sekolah, Medan, Bukit Tinggi atau tempat lain. Dia memilih Perguruan Islam Menengah Atas Bukit Tinggi. Tamat, ke Fakuliti Hukum Universitas Muhammadiyah Bukit Tinggi.

Tahun 3 di Unervisitas, 1977 berhenti, berjodoh dengan Siti Syamsiyah Boru Tobing. 3 bulan perkawinan, ditangkap. Tuduhan menghina agama lain & memecah belah. Ditahan 2 tahun tanpa pengadilan. Setelah 2 tahun, barulah disidangkan & dibebaskan, tidak bersalah. Di tahanan sini, cobaan sangat berat. Di Medan, dia menghafal ayat-ayat al-Quran & mempelajari buku-buku Islam. 


Di sini, dia tidak boleh. Hampir gila. Mengapa? Dia disatukan dengan 13 orang gila, dari jalan-jalan di Bukit Tinggi. Jangankan menghafal, solatpun diganggu orang gila yang menghuni kamar bersamanya."Beberapa kali tikar ditarik ketika solat. Saya jatuh & terguling-guling. Heran, mengapa orang-orang gila itu dimasukan ke sel saya. Hampir gila," kenang ayah 5 anak ini.

Selama memeluk Islam, Mahmud Sianturi disingkirkan keluarganya. Warisan tidak diberikan. Dia tetap menjaga hubungan baik. Dia sempat ke rumah. Keluarganya membujuk, kembali ke agamanya. Ibunya menangis, berharap Mahmud kembali. Mahmud Sianturi tidak goyah. Malah mengajak ibu & bapanya. 


Suatu malam, dia bangun tengah malam & berdoa agar Allah SWT menurunkan hidayahnya kepada bapa & ibunya. Ibunya pun bangun & berdoa kepada Tuhannya, anaknya kembali. Mahmud sedih juga, ketika ibunya hampir meninggal, mengajak ibunya Islam, ibunya tidak mau. "Waktu itu ibu bilang," biar kamu saja yang memeluk Islam. Ibu biar di sini saja." Terus terang saya sedih waktu itu," kenangnya.

Perjalanan hidupnya yang penuh coban, membuat keimanannya dalam. Islam, membahagiakan batin tak ternilai. Tidak ada pada yang lama. Kini diabdikan diri & hidupnya, untuk dakwah Islam. 



Dakwah menjadi kewajipan baginya. "Islam mampu memberikan kebahagian batin yang sesungguhnya, tidak ternilai, Sejujurnya, agama lama, tidak memberikan kebahagian itu.

"Kalau mengejar kekayaan, agama lama lebih mudah mengumpulkan harta. Saya memilih Islam, karena menunjukkan kebenaran & memberikan kebahagaian sejati bagi saya & manusia seluruhnya,"
ujar Mahmud Sianturi. H -petikan majalah Hidayah Jun 2001 

0 komentar:

Posting Komentar

hanya komentar yang baik, menyejukkan, mencerdaskan, menginspirasi