Selasa, 06 Maret 2012

Christin : Mengapa ISLAM


Journey to Islam Oleh : Redaksi 03 Jan 2005 - 6:30 am ; www.swaramuslim.net
"Setiap kali datang kesusahan, aku mengadu kepada-Nya. Setiap hatiku sedih, kupanggil nama-Nya, Ya Allah..Ya Allah, sebanyak-banyaknya. Ketika kusebut nama-Nya, hatiku merasa tenang, beban

berat yang kurasakan menjadi ringan. Biarlah masa lalu tinggal cerita, hanya kepada-Nya kupasrahkan segalanya."

BEGITU PERASAAN Christin yang terdalam kala mengenang masa lalunya yang gelap. la teringat rumah tangganya diterjang "badai" hebat. Rapuh. Apalagi, menyadari kodratnya sebagai perempuan biasa, ketidakberdayaan tak bisa dihindari. Bukan sesekali, Christin ingin lari dari kenyataan. la ingin terbang jauh, tanpa peduli anak-anaknya rnenghiba, menjerit tanpa henti. Ketika beban hidup nyaris tak terselamatkan, ternyata Tuhan punya rencana lain, yang tak diketahui manusia mana pun. Tuhan masih merangkul Christin yang rapuh, tatkala harus memutuskan perkara besar rumah tangganya, bercerai.

18 tahun, Christin mengarungi rumah tangga bersama suami & keempat anaknya (Samuel, Maria. Paulus, & Andreas) hingga dewasa. Dalam perjalanan hidupnya, ia tak sebahagia, seperti yang didambakan setiap wanita. Christin menghadapi suami pemabuk, "tukang main" perempuan, bahkan sering memukul dirinya hingga luka. Bisa dibayangkan, beban wanita setengah baya ini: takut, pikiran kacau, & hati tak tenang.

Kala hasrat perceraian menguat, naluri ibu Christin muncul. la berpikir 1000 kali, menentukan pilihan hidupnya. Kalau saja ia egois, sudah bercerai. Apa yang membuatnya bertahan hidup & mengurungkan perceraian? Anak! la teringat ketika mendengar protes & kemarahan Samuel, sulungnya (kelas 3 SMA) begitu tahu orangtuanya akan berpisah. Samuel: "Saya kan tidak pernah minta dilahirkan, Mama. Kalau Mama-Papa cerai, kami anak-anak jadi korban. Bukan hanya saya: tapi juga adik-adik saya jadi korban. Sekali lagi, apakah kami minta dilahirkan ke dunia? Sementara Mama korbankan hidup kami. Sepanjang perjalanan hidup kami, Mama hanya mencari kepuasan & kesenangan sendiri. Bagaimanapun Papa-Mama adalah orangtua saya. Kami anak-anak berharap, jangan sampai ada perceraian. Jadi pikirkanlah kami, Ma,". Selama ini Samuel tinggal dengan omanya.

Kata-kata pedas menyambar telinga Christin. Tanpa diduga, kemarahan Samuel membuat ia menimbang kembali keputusan cerainya. Terlebih, saat Samuel berkata lirih, "Saya memang senang tinggal dengan Oma, tapi sesenang-senangnya, saya lebih baik hidup susah sama Mama. Asalkan jangan ada perceraian," tambahnya.

Sehabis ribut dengan putra sulungnya, Christin dihadapkan dengan kaburnya anak nomor 3, Paulus, dari asrama Katolik. Bumi seperti terguncang, langit seakan runtuh."Di saat menghadapi problema hidup yang rumit, saya memerlukan kekuatan dari dalam. Sebagai manusia biasa, saya betul-betul tak berdaya. Apa pun & bagaimana pun caranya, saya harus meraih ketenangan itu. Setidaknya, sudah beberapa aliran Kristen saya masuki. mulai Tiberias, Bahasa Roh, Saksi Jehovah, hingga Pantekosta," ujar ibu kelahiran Jakarta 17 Februari 1964 ini.

Sejak kecil, Christin yang lulusan D3 Akademi Perbankan, dibesarkan di lingkungan Katolik taat. Sebagai 'Katolik Keturunan' ia tidak puas, dengan ajarannya. Terlalu kritis konsep & doktrin ajaran agamanya. Ia selalu berpindah, dari aliran satu ke lain. Namun, tidak satu pun yang membuatnya tenang. Semakin terombang-ambing.

Curhat dengan Ustaz

Dalam situasi yang penuh ketidakpastian, Christin selalu berdoa kepada Tuhan, agar diberi petunjuk & jalan yang benar. Entah angin apa yang mempertemukan dengan Ustaz muda (32) Iriansyah, Januari lalu. “Ada dorongan kuat yang membuat saya mendatangi Ustaz muda itu. Saya betul-betul Curhat habis. Pikir saya; siapa lahu ustaz bisa membantu. Sebelum curhat saya bilang: Ustaz nggak perlu kasih komentar. Cukup dengarkan saja keluhan saya, Ustaz pun setuju.”

Dari awal hingga akhir, Ustaz Iriansyah pendengar sejati. Sekalipun Christin bicara panjang lebar. Sesekali isak & desahan nafas panjang.

"Terus terang: saya tidak tahu mana yang benar. Mana yang salah. Kalau memang suami tidak bisa membawa kebahagiaan pada saya, biar Tuhan ceraikan saya. Tapi saya berharap perceraian ini tidak berdampak pada anak-anak saya. Dan kalau memang pada akhirnya saya berlanjut dengan suami saya, terus terang, badan ini rasanya tidak kuat lagi menanggung beban. Saya tahu mati itu urusan Tuhan, tapi kalau saya sakit atau gila, siapa yang urusin saya. Sehat saja seperti ini, apalagi sakit. Yang jelas, bukan sekali saya berniat bunuh diri" cerita istri Solas Hasibuan ini sedih.

Selesai curhat, Christin merasa agak plong. Di ujung cerita, ia minta saran Ustaz, agar diberi jalan keluar. Apa jawab ustaz? Ustaz terdiam. Sepertinya, tak punya jawaban & solusi yang tepat. Tapi, sebagai Ustaz ia tetap menenangkan saya. la hanya menyarankan, agar membaca Ya Allah..Ya Allah 100 kali setiap malam, sebelum tidur. Meski ia tahu, saya bukan Muslimah. Ustaz mengaku tidak bisa berbuat banyak, tapi mungkin Allah punya rencana sendiri, katanya.

"Malam harinya, saya coba baca Ya Allah..Ya Allah 100 kali seperti disarankan Ustaz. Bukan hanya menjelang tidur setiap desah nafas, saya lafazkan nama itu, meski saya masih seorang Katolik, Pas hari ketiga, saya bermimpi disuguhi air putih & bening pada sebuah gelas. Saya bisa merasakan sejuknya air itu bila diteguk."

Keesokan harinya, Christin bertanya pada Ustaz tentang makna mimpinya semalam. Tapi Ustaz tidak memberi jawaban. la hanya mengatakan tidak tahu, & meminta Christin terus melafazkan Ya Allah..Ya..Allah. "Apa yang Ustaz sarankan, saya patuhi’. Walhasil, saya seperti memiliki kekuatan tersendiri. Suami tak lagi mukul, tapi bicaranya masih kasar. Seiring waktu, hidup pun terus berjalan.

Anak Masuk Islam

Karena sering berhubungan dengan Ustaz, Christin merasa sudah meraih ketenangan batin yang selama ini ia cari. Lantas, tertarikkah Christin pada Islam? "Waktu itu saya hanya mencari ketenangan, bagaimana pun caranya. Di Kristen saya tidak berhasil mendapatkan ketenangan di kala jiwa saya ambruk, keluarga pun hampir berantakan," jawabnya diplomatis.

Tapi suatu ketika, Christin mengetahui putranya yang nomor 3 (Paulus) masuk Islam, bahkan ingin ke pesantren. Kepada mamanya, Paulus mengaku merasa tenang kalau shalat. Tanpa pikir panjang, Christin pun mencari tahu, apa yang membuat belahan hatinya itu merasa tenang & hatinya tenteram. Sebagai ibu yang membesarkan anaknya. pantas bila ia menanyakan apa yang dirasakan putranya setelah Islam. Pindahnya Paulus, tamparan hebat. la harus membayar mahal itu semua.

"Selelah kamu masuk Islam apa yang kamu rasakan?" tanya Christin.
"Seperti beban berat kalau kita lepaskan, akan enteng. Atau seperti saat kita dahaga, setelah meneguk air yang sejuk, rasa dahaga itu pun akan hilang,” jawab Paulus yang berencana masuk pesantren, belajar Islam mendalam.

Mendengar itu, spontan hatinya berkata, "Sebelum anak saya ke pesantren, saya harus memeluk Islam. Kata hati itulah yang kemudian saya sampaikan pada Ustaz. Saya tidak mau anak saya jalan sendiri. Terlebih saat dia mengatakan, shalat membuat hatinya tenang & merasakan kenikmatan tersendiri. Itu berarti, anak saya telah meraih kenyamanan. Bila memang demikian, saya harus ikuti jejaknya,” aku Cristin.

29 Februari 2004, Christin bersama putra bungsunya Andreas Calvin (kelas VI SD) resmi menjadi Muslimah. Di Masjid Al Jabbar, Jatibening Estate, ia mengucapkan syahadat dibimbing Ustaz Iriansyah. "Setelah saya masuk Islam, saya bertekad bisa shalat 5 waktu. Meski shalat saya masih sebatas gerak, & belum bisa bahasa Arab, saya akan terus belajar. Bagi saya, shalat adalah kunci kehidupan, di samping membuat hati saya menjadi tenang."

Suami Insaf

Berjalan 3 bulan, suami minta didoain & diajarkan shalat. Christin kaget, tersenyum kecil. "Inikah pertanda hidayah baginya? “ Oh, ternyata diam-diam suami suka memperhatikan saya shalat. la seperti melihat cahaya terang di sekitar wajah saya. Maklum, suami pernah belajar ilmu kebatinan, bisa membedakan cahaya biasa dengan cahaya Ilahi. Singkat cerita, suami minta disyahadatkan Ustaz Iriansyah. "Selama 18 tahun, rasanya saya baru mengenal suami saya belakangan ini, terutama sejak ia masuk Islam. Akhlaknya hari demi hari makin baik,” tutur Christin Siti Khadijah bahagia.

http://www.amanah.or.id/detail.php?id=204


0 komentar:

Posting Komentar

hanya komentar yang baik, menyejukkan, mencerdaskan, menginspirasi