Kamis, 30 Januari 2014

Abu Lubabah bin Abdul Mundzir ‘Lambang Pertaubatan’


Abu Lubabah termasuk salah seorang Muslim pilihan. Yang membela & menegakkan Islam. Dia adalah salah seorang pahlawan Muslimin dalam peperangan, yang telah mempersembahkan diri & nyawanya di jalan Allah. Menegakkan kebenaran & meninggikan agama-Nya.

Lahir di Yatsrib (Madinah) yang subur & banyak terdapat mata air, yang ditumbuhi pepohonan & tumbuh-tumbuhan yang dapat dinikmati hewan & manusia. Memang tiap daerah memiliki pengaruh kuat terhadap sepak terjang seseorang & arah pemikirannya. Begitu juga penduduk Madinah. Mereka umumnya dikenal memiliki akhlak yang luhur. Pemaaf, berperasaan halus, & suka berbuat baik pada sesamanya.

Abu Lubabah termasuk laki-laki seperti itu yang diisyaratkan Allah SWT dalam Al-Qur'an, 
"Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah & telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshar) mencintai orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshar) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); & mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung." (QS Al-Hasyr: 9)
Istrinya adalah Khansa binti Khandam Al-Anshariyah dari golongan Aus. Pernikahan keduanya mendapat karunia seorang anak perempuan bernama Lubabah. Demikianlah, Abu Lubabah mendapatkan panggilannya. 

Abu Lubabah termasuk orang pertama yang masuk Islam, ketika beberapa orang Anshar berjumpa dengan Mush'ab bin Umair di Madinah. Ia juga salah seorang Anshar yang menghadiri Baiat Aqabah Kedua.

Abu Lubabah kembali ke Madinah setelah pertemuannya dengan Rasulullah SAW. Ia kagum sekali atas kepribadian & keluhuran budi pekerti beliau. Tak lama setelah itu Rasulullah SAW telah berada di tengah-tengah kaum Muslimin di Madinah. Menyusun syariat & menetapkan undang-undang yang dibawa Jibril dari Tuhannya.

Tak lama setelah itu, pecahlah Perang Badar antara kaum musyrikin & kaum Muslimin. Begitu Abu Lubabah mengetahui Rasulullah tengah mempersiapkan diri menyambut peperangan, ia pun bersiap-siap & menemui Rasulullah dengan senjata di tangannya.

Akan tetapi, Rasulullah tidak mengizinkan Abu Lubabah ikut perang. Ia diamanahkan mewakili beliau menjaga kota Madinah. Penjagaan keamanan & ketertiban kota itu tidak kurang pentingnya dengan perang di medan laga. Abu Lubabah diberi tanggungjawab memelihara keamanan & keselamatan penduduk kota Madinah. Ia juga diberi amanah menjaga keamanan & keselamatan pepohanan & buah-buahan. Memenuhi kebutuhan warga yang kelaparan & semua kebutuhan lain, sampai pasukan Islam kembali dari medan laga.

Abu Lubabah mematuhi perintah & tugas dari Rasulullah dengan baik. Ia memimpin kota Madinah & mempersiapkan bekal yang mungkin dibutuhkan oleh pasukan yang sedang berperang. Menggalakkan pembuatan senjata perang siang & malam, sehingga pasukan Muslimin memiliki persenjataan & perbekalan yang lengkap.

Dalam penyerbuan Rasulullah SAW ke perbentengan Yahudi Bani Quraizhah, Abu Lubabah ikut bersama beliau. Pemimpin pemerintahan di Madinah diserahkan kepada Abdullah ibnu Ummi Maktum. Rasulullah bersama sahabat mengepung benteng selama 25 malam. Hingga mereka hidup kekurangan & ketakutan.

Mereka kemudian mengirim seorang utusan kepada Rasulullah. Meminta Abu Lubabah bin Mundzir dikirimkan kepada mereka, untuk dimintakan pendapatnya. Rasulullah memerintahkan Abu Lubabah pergi menemui mereka.

Sebelumnya, Rasulullah meminta pendapat mereka agar yang akan memberikan keputusan adalah Sa'ad bin Mu'adz. Begitu anak-anak & istri-istri mereka melihat Abu Lubabah datang, mereka menangis meraung-raung, memohon belas kasihannya. Sudah tentu, Abu Lubabah sebagai manusia tidak bisa menyembunyikan rasa iba & harunya kepada mereka.

"Kami sudah mengatakan bahwa penduduk Madinah pada umumnya berhati lembut & berjiwa pemaaf. Kasih sayangnya kepada sesamanya sangat besar," kata mereka.
Tentu saja Abu Lubabah, sebagai manusia, terpengaruh dengan ucapan ini. Mereka bertanya, "Wahai Abu Lubabah, bagaimana pendapatmu, apakah kami akan tunduk kepada putusan Sa'ad bin Mu'adz?"

Abu Lubabah lalu mengisyaratkan kepada mereka dengan tangannya yang diletakkan ke lehernya, bahwa mereka akan disembelih. Maka ia menyuruh mereka agar tidak mau menerima.

Abu Lubabah menyadari kesalahannya. "Demi Allah, kedua kakiku belum beranjak dari tempatku melainkan telah mengetahui bahwa aku telah mengkhianati Allah & Rasul-Nya."

Ia kemudian pergi ke masjid & mengikatkan tubuhnya pada salah satu tiang. "Demi Allah, aku tidak akan makan & minum hingga mati atau Allah mengampuni dosaku itu," ujarnya lirih.

7 hari lamanya ia tidak makan & minum sehingga tak sadarkan diri. Kemudian Allah mengampuninya. Lalu ada yang menyampaikan berita itu kepadanya, "Wahai Abu Lubabah, Allah telah mengampuni dosamu."

Ia berkata, "Tidak. Aku tidak akan membuka ikatanku sebelum Rasulullah datang membukanya."

Tak lama setelah itu, Rasulullah pun datang membukanya. Abu Lubabah berkata kepada beliau,

"Kiranya akan sempurna taubatku, kalau aku meninggalkan kampung halaman kaumku, tempatku melakukan dosa. Dan aku akan menyumbangkan seluruh hartaku."
Rasulullah SAW menjawab, "Kau hanya dibenarkan menyumbang sepertiganya saja."

Begitulah. Abu Lubabah mendapat ampunan. Baik dari Rasulullah SAW maupun dari Allah SWT. Dia pun aktif bersama kaum Muslimin lainnya dalam berbagai peperangan.

Dalam penaklukan Makkah, ia memegang panji Bani Amru bin Auf. Ia menyaksikan masuknya orang-orang berbondong-bondong ke dalam agama Islam. Abu Lubabah wafat pada masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib.

[14010191 ;republika.co.id]



0 komentar:

Posting Komentar

hanya komentar yang baik, menyejukkan, mencerdaskan, menginspirasi