Kamis, 30 Januari 2014

Abu Musa Al-Asy'ari, Hakim Umat Muhammad



Lihat video sejarah Abu Musa Al-Asy'ari


Tatkala Amirul Mukminin Umar bin Al-Khathab mengirimnya ke Bashrah untuk menjadi panglima & gubernur, Abu Musa Al-Asy'ari mengumpulkan para penduduk, & berpidato di hadapan mereka.

"Sesungguhnya Amirul Mukminin Umar bin Al-Khathab telah mengirimku kepada kamu sekalian, agar aku mengajarkan kepada kalian kitab Allah & Sunnah Nabi kalian, serta membersihkan jalan hidup kalian!"

Orang-orang heran & bertanya-tanya. Mereka mengerti apa yang dimaksud dengan mendidik & mengajari mereka tentang agama, yang memang kewajiban gubernur & panglima. Tetapi bahwa tugas gubernur itu juga membersihkan jalan hidup mereka. Hal ini amat mengherankan & menjadi tanda tanya.

Siapakah kiranya gubernur ini, yang mengenai dirinya Hasan Al-Bashri pernah berkata, 


"Tak seorang pengendara pun yang datang ke Bashrah yang lebih berjasa kepada penduduknya selain dia!"

Ia adalah Abdullah bin Qeis. Dengan gelar Abu Musa Al-Asy'ari. Ia segera meninggalkan negeri & kampung halamannya, Yaman. Menuju Makkah, setelah mendengar munculnya seorang Rasul yang menyerukan tauhid. Dan menyerukan ibadah kepada Allah berdasarkan penalaran & pengertian. Serta menyuruh berakhlak mulia.

Di Makkah, waktunya dihabiskan duduk di hadapan Rasulullah. Menerima petunjuk & keimanan darinya. Lalu pulanglah ia ke negerinya membawa kalimat Allah. Ia baru kembali kepada Rasulullah SAW, tidak lama setelah selesainya pembebasan Khaibar.

Kali ini, Abu Musa tidak datang seorang diri. Tetapi membawa lebih dari 50 orang laki-laki penduduk Yaman yang telah diajarinya agama Allah. Serta 2 orang saudara kandungnya. Abu Ruhum & Abu Burdah.

Rasulullah bahkan memberi nama kaum mereka dengan sebutan golongan "Asy'ari", serta dilukiskannya bahwa mereka adalah orang-orang yang paling lembut hatinya di antara sesama. Mereka sering diambil sebagai tamsil perbandingan bagi para sahabat.

Rasulullah bersabda, "Orang-orang Asy'ari ini bila mereka kekurangan makanan dalam peperangan atau ditimpa paceklik, maka mereka kumpulkan semua makanan yang mereka miliki pada selembar kain, lalu mereka bagi rata. Mereka termasuk golonganku, & aku termasuk golongan mereka."
Mulai saat itu, Abu Musa pun menempati kedudukan yang tinggi di kalangan kaum Muslimin. Ia ditakdirkan menjadi sahabat Rasulullah & muridnya. Serta menjadi penyebar Islam ke seluruh dunia.

Abu Musa merupakan gabungan yang istimewa dari sifat-sifat utama. Ia seorang prajurit yang gagah berani & pejuang yang tangguh bila berada di medan perang. Namun ia juga seorang pahlawan perdamaian, peramah, & tenang. Keramahan & ketenangannya mencapai batas maksimal.


Abu Musa adalah seorang ahli hukum yang cerdas & berpikiran sehat, yang mampu mengerahkan perhatian mencapai kunci & pokok persoalan, & gemilang dalam berfatwa. Sehingga ada yang berkata, "Qadhi atau hakim umat ini ada 4 orang; Umar, Ali, Abu Musa & Zaid bin Tsabit."

Di arena peperangan, Abu Musa Al-Asy'ari memikul tanggung jawab dengan penuh keberanian. Hingga Rasulullah SAW pernah berkata mengenai dirinya, "Pemimpin dari orang-orang berkuda adalah Abu Musa."

Dalam medan tempur melawan imperium Persia, Abu Musa Al-Asy'ari mempunyai saham & jasa besar. Bahkan dalam pertempuran di Tustar, yang dijadikan Hurmuzan sebagai benteng pertahanan terakhir, Abu Musa Al-Asy'ari menjadi pahlawan & bintang lapangan.

Adapun dalam pertentangan dengan sesama Muslim, ia mengundurkan diri & tak ingin terlibat di dalamnya. Pendiriannya ini jelas terlihat dalam perselisihan antara Ali & Muawiyah.

Abu Musa Al-Asy'ari adalah orang kepercayaan & kesayangan Rasulullah SAW. Juga menjadi kepercayaan & kesayangan para khalifah & sahabat-sahabatnya.

Ketika Rasulullah masih hidup, beliau mengangkatnya bersama Mu'adz bin Jabal sebagai penguasa di Yaman. Dan setelah Rasulullah wafat, ia kembali ke Madinah. Memikul tanggungjawab dalam jihad besar yang sedang dijalani tentara Islam, melawan Persia & Romawi.

Pada pemerintahan Umar bin Al-Khathab, ia diangkat sebagai gubernur di Bashrah. Sedangkan Khalifah Utsman bin Affan menunjuknya sebagai gubernur di Kufah.

Abu Musa termasuk ahli Al-Qur'an; menghapal, mendalami & mengamalkannya. Di antara ucapan-ucapannya yang memberikan bimbingan mengenai Al-Qur'an itu ialah, "Ikutilah Al-Qur'an... & jangan kalian berharap akan diikuti oleh Al-Qur'an!"

Ia juga termasuk ahli ibadah yang tabah. Pada waktu siang di musim panas—yang panasnya menyesakkan nafas—tidak menghalanginya berpuasa. "Semoga rasa haus di terik siang ini akan menjadi pelepas dahaga bagi kita di hari kiamat nanti," ujarnya.

Di hari yang cerah, ajal pun menjemputnya. Wajahnya menyinarkan cahaya cemerlang. Wajah seorang yang mengharapkan rahmat & pahala Allah. Kalimat yang selalu diulang-ulang & menjadi buah bibirnya sepanjang hayatnya adalah kalimat yang juga menjadi buah bibirnya ketika menghadap Ilahi.


"Ya Allah, Engkaulah Maha Penyelamat, & dari-Mulah kumohon keselamatan."
[14010190; republika.co.id]




0 komentar:

Posting Komentar

hanya komentar yang baik, menyejukkan, mencerdaskan, menginspirasi