Minggu, 12 Januari 2014

Idul Fitri. Rasulullah SAW Bersama Gadis Kecil Yatim

[kredit: Abdurrahman]

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah & (kedatangan) hari kiamat & dia banyak menyebut Allah.
” [33:21]

Kisah ini di Madinah. Suatu  pagi Hari Raya Idul Fitri. Rasulullah Saw, seperti biasa tiap lebaran, mengunjungi rumah demi rumah. Mendo’akan kaum Muslim agar gembira &  bahagia pada hari raya itu.

Semua terlihat gembira & bahagia, terutama anak-anak. Mereka bermain, berlari-lari ke sana ke mari dengan pakaian bagus, serta mainan-mainan di tanganya. Namun, Rasulullah Saw melihat di sebuah sudut jalan. Ada seorang gadis kecil sedang duduk. Sedih, menangis . Pakaiannya sangat lusuh, rambut acak-acakan. Sepatu juga usang.

Rasulullah bergegas menghampiri. Gadis kecil itu menyembunyikan wajahnya dengan kedua tangannya. Lalu menangis tersedu-sedu.

Rasul meletakkan tangannya, penuh kasih sayang di atas kepala gadis kecil tersebut. Bertanya dengan suara lembut: “Anakku, mengapa kamu menangis? Hari ini adalah hari raya bukan?” 

Gadis kecil itu terkejut. Tanpa berani mengangkat kepalanya & melihat siapa yang bertanya. Perlahan-lahan ia menjawab, sambil bercerita:

Pada hari raya yang suci ini, semua anak menginginkan agar dapat merayakannya bersama orang tuanya dengan berbahagia. Anak-anak bermain riang gembira. Aku lalu teringat pada ayahku, itu sebabnya aku menangis. Ketika itu hari raya terakhir bersamanya. Ia membelikanku sebuah gaun berwarna hijau & sepatu baru. Waktu itu aku sangat bahagia.

Lalu, suatu hari ayahku pergi berperang bersama Rasulullah Saw. Ia berjuang bersama Rasulullah Saw bahu-membahu & kemudian ia meninggal. Sekarang ayahku tidak ada lagi. Aku telah menjadi seorang anak yatim. Jika aku tidak menangis untuknya, lalu siapa lagi?”

Setelah Rasulullah mendengar cerita itu, seketika hatinya diliputi kesedihan mendalam. Penuh kasih saying, beliau membelai kepala gadis kecil itu sambil berkata:

“Anakku, hapuslah air matamu… Angkatlah kepalamu & dengarkan apa yang akan kukatakan kepadamu…. Apakah kamu ingin agar aku menjadi ayahmu? …. Dan apakah kamu juga ingin agar Fatimah menjadi kakak perempuanmu…. & Aisyah menjadi ibumu…. Bagaimana pendapatmu tentang usul dariku ini?”

Begitu mendengar kata-kata itu, gadis kecil itu langsung berhenti menangis. Ia memandang dengan penuh takjub orang yang berada tepat di hadapannya. Masya Allah! Benar, Rasulullah Saw. Orang tempat ia baru saja mencurahkan kesedihannya & menumpahkan segala gundah di hatinya.

Gadis yatim itu sangat tertarik tawaran Rasulullah. Entah mengapa, ia tidak bisa berkata sepatah kata pun. Hanya menganggukkan kepalanya perlahan, sebagai tanda persetujuannya.

Gadis yatim kecil itu lalu bergandengan tangan dengan Rasulullah Saw, ke rumah. Hatinya diliputi kebahagiaan yang sulit dilukiskan. Karena ia diperbolehkan menggenggam tangan Rasulullah yang lembut itu.

Sesampainya di rumah Rasulullah, wajah & kedua tangan gadis kecil itu lalu dibersihkan & rambutnya disisir beliau. Semua memperlakukannya penuh kasih sayang.

Gadis kecil itu lalu dipakaikan gaun yang indah & diberikan makanan, juga uang saku untuk hari raya. Lalu ia diantar keluar, agar dapat bermain bersama anak-anak lainnya.

Anak-anak lain merasa iri pada gadis kecil dengan gaun yang indah & wajah yang berseri-seri itu. Mereka merasa keheranan, lalu bertanya: “Gadis kecil, apa yang telah terjadi? Mengapa kamu terlihat sangat gembira?”

Sambil menunjukkan gaun baru & uang sakunya gadis kecil itu menjawab:

“Akhirnya aku memiliki seorang ayah! Di dunia ini, tidak ada yang bisa menandinginya! Siapa yang tidak bahagia memiliki seorang ayah seperti Rasulullah? Aku juga kini memiliki seorang ibu, namanya Aisyah, yang hatinya begitu mulia. Juga seorang kakak perempuan, namanya Fatimah. Ia menyisir rambutku & mengenakanku gaun yang indah ini. Aku merasa sangat bahagia, & ingin rasanya aku memeluk seluruh dunia beserta isinya.”

Adakah kita sekarang peduli terhadap saudara-saudara kita yang kesulitan berlebaran di bawah desingan peluru. Di bawah intimidasi di kamp-kamp  pengungsian di pojok-pojok jalan mereka yang mengais koran-koran bekas orang  sholat  yang membawa karung di pundaknya. Sementara, tangan kanannya memegang alat pengait, memungut bekas botol air mineral, sambil berdiri di samping gerobak.

Atau, saudara kita di Myanmar, Suriah, Palestina & bumi lainnya yang tertindas. Bisakah lebaran seperti kita. Seharusnya, lebaran semua bergembira. Semua merasakan, sebagaimana teladan di atas. Sanggupkah kita menjawab pertanyaan Allah nikmat yang banyak yang sudah diberikan kepada kita?

Rasulullah Saw bersabda: “Siapa yang memakaikan seorang anak pakaian yang indah & mendandaninya pada hari raya, maka Allah SWT akan mendandani/menghiasinya pada hari Kiamat. Allah Swt mencintai terutama setiap rumah, yang di dalamnya memelihara anak yatim & banyak membagi-bagikan hadiah. Barangsiapa yang memelihara anak yatim & melindunginya, maka ia akan bersamaku di surga.“?

[Bernard Abdul Jabbar; aslinya lihat disini]



0 komentar:

Posting Komentar

hanya komentar yang baik, menyejukkan, mencerdaskan, menginspirasi