"Barangsiapa melalui suatu jalan
untuk mencari suatu pengetahuan (agama), Allah akan memudahkan baginya jalan
menuju surga."[15]
Allah Ta'ala
berfirman, "Sesungguhnya yang takut
kepada Allah di antara hamba-hambaNya hanyalah ulama." (Faathir: 28);
"Tiada yang memahaminya kecuali
bagi orang-orang yang berilmu" (al-Ankabuut: 43);
"Dan mereka berkata, 'Sekiranya
kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan) itu, niscaya tidaklah kami termasuk
penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala" (al-Mulk: 10); &
"Adakah sama orang-orang yang tahu
dengan orang-orang yang tidak mengetahui." (az-Zumar: 9)
Nabi saw. bersabda,
"Barangsiapa dikehendaki baik oleh Allah, maka ia dikaruniai kepahaman agama."[16]
Dan beliau saw.
bersabda, "Sesungguhnya ilmu itu hanya diperoleh dengan belajar."[17]
Abu Dzar berkata, "Andaikan kamu semua meletakkan sebilah pedang di atas ini (sambil menunjuk ke arah lehernya). Kemudian aku memperkirakan masih ada waktu untuk melangsungkan atau menyampaikan sepatah kata saja yang kudengar dari Nabi saw. sebelum kamu semua melaksanakannya, yakni memotong leherku, niscaya kusampaikan sepatah kata dari Nabi saw. itu."[18]
Abu Dzar berkata, "Andaikan kamu semua meletakkan sebilah pedang di atas ini (sambil menunjuk ke arah lehernya). Kemudian aku memperkirakan masih ada waktu untuk melangsungkan atau menyampaikan sepatah kata saja yang kudengar dari Nabi saw. sebelum kamu semua melaksanakannya, yakni memotong leherku, niscaya kusampaikan sepatah kata dari Nabi saw. itu."[18]
Ibnu Abbas berkata,
"Jadilah kamu semua itu golongan Rabbani, yaitu (golongan yang) penuh
kesabaran serta pandai dalam ilmu fiqih (yakni ilmu pengetahuan yang berhubungan
dengan hukum hukum agama), & mengerti."[19] Ada
yang mengatakan bahwa yang dimaksud "Rabbani"' ialah orang yang
mendidik manusia dengan mengajarkan ilmu pengetahuan yang kecil-kecil sebelum
memberikan ilmu pengetahuan yang besar-besar (yang sukar).
Bab
Ke-12: Apa yang Dilakukan oleh Nabi saw. tentang Memberi Sela-Sela Waktu (Yakni
Tidak Setiap Hari) dalam Menasihati & Mengajarkan Ilmu agar Mereka Tidak
Lari (Berpaling) Karena Bosan
53. Anas r.a.
mengatakan bahwa Nabi saw. bersabda, "Mudahkanlah & jangan
mempersulit, gembirakanlah (dalam satu riwayat disebutkan: jadikanlah tenang 7/
101) & jangan membuat orang lari."
Bab
Ke-13: Orang yang Memberikan Hari-Hari Tertentu untuk Para Ahli Ilmu
Pengetahuan
54. Abu Wa-il
berkata, "Abdullah pada setiap hari Kamis memberikan peringatan (yakni
mengajar ilmu-ilmu keagamaan kepada orang banyak). Kemudian ada seseorang
berkata, "Wahai ayah Abdur Rahman, aku sebenarnya lebih senang andaikata
kamu memberikan peringatan kepada kami setiap hari."
Abdullah menjawab,
"Ketahuilah, sesungguhnya ada satu hal yang menghalangiku untuk berbuat
begitu, yaitu aku tidak senang membuatmu bosan, & sesungguhnya aku akan
memberikan nasihat (pelajaran) kepada kamu sebagaimana Nabi saw. (dalam satu
riwayat dari Abu Wa-il, ia berkata, "Kami menantikan Abdullah, tiba tiba
datanglah Zaid bin Muawiyah,[20]
lalu kami berkata kepadanya, "Apakah Anda tidak duduk?"
Ia menjawab,
"Tidak, tetapi saya akan masuk & meminta sahabatmu itu keluar
kepadamu. Kalau tidak, maka saya akan duduk." Lalu Abdullah keluar sambil
menggandeng tangannya, lalu ia berdiri menghadap kami seraya berkata,
"Ketahuilah, sesungguhnya aku telah diberi tahu tentang keberadaanmu
(kedatanganmu), tetapi yang menghalangiku untuk keluar kepadamu ialah karena
Rasulullah saw. 7/169) biasa memberi kami nasihat pada beberapa hari tertentu
dalam seminggu karena khawatir (& dalam satu riwayat: tidak suka) membuat
kami bosan."
Bab
Ke-14: Barangsiapa yang Dikehendaki Allah dalam kebaikan, maka Allah
Menjadikannya Pandai Agama
55. Humaid bin Abdur Rahman berkata,
"Saya mendengar Mu'awiyah sewaktu ia berkhotbah mengatakan, 'Aku mendengar
Rasulullah saw. bersabda, 'Barangsiapa yang dikehendaki Allah dalam kebaikan,
maka Allah menjadikannya pandai agama. Saya ini hanya pembagi (penyampai wahyu
secara merata), & Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahamulia memberi
(pemahaman). Dan akan senantiasa ada [dari 4/187] umat ini [suatu umat] yang
menegakkan urusan Allah.
Tidaklah membahayakan
mereka [orang yang meremehkan mereka (& dalam satu riwayat: orang yang
mendustakan mereka 8/189) & tidak pula] orang yang menentang mereka (&
dalam satu riwayat: Dan urusan umat ini akan senantiasa lurus sehingga datang
hari kiamat atau 8/149) sehingga datang [kepada mereka] perintah Allah [sedang
mereka tetap pada yang demikian itu.' Lalu Malik bin Tukhamir berkata, 'Mu'adz
berkata, 'Sedang mereka berada di negeri Syam.' Kemudian Mua'wiyah berkata,
'Malik ini mengaku bahwa dia mendengar Mu'adz berkata, 'Sedang mereka berada di
negeri Syam.'"].
Bab
Ke-15: Pemahaman dalam Hal Ilmu
(Saya berkata,
"Dalam hal ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Ibnu Umar
yang telah disebutkan di muka [4 - BAB].')
Bab
Ke-16: Berkeinginan Besar untuk Menjadi Orang yang Mempunyai Ilmu & Hikmah
Umar berkata,
"Belajarlah ilmu agama yang mendalam sebelum kamu dijadikan
pemimpin".[21]
Sahabat-sahabat Nabi
saw. masih terus belajar pada waktu usia mereka sudah lanjut
56. Abdullah bin Mas'ud berkata, "Nabi saw bersabda, Tidak boleh iri hati kecuali pada 2 hal, yaitu seorang laki-laki yang diberi harta oleh Allah lalu harta itu dikuasakan penggunaannya dalam kebenaran, & seorang laki-laki diberi hikmah oleh Allah di mana ia memutuskan perkara & mengajar dengannya.
Bab
Ke-17: Mengenai apa yang disebutkan perihal kepergian Nabi Musa a.s. di lautan
untuk menemui Khidhir & firman Allah, "Bolehkah aku mengikutimu supaya
kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah
diajarkan kepadamu?" (al-Kahfi: 66)
57. Ubaidullah bin Abdullah dari Ibnu Abbas, bahwa ia, berselisih pendapat dengan Hurr bin Qais bin Hishin Al-Fazari perihal kawan Nabi Musa yakni orang yang dicari Nabi Musa a.s.. Ibnu Abbas mengatakan bahwa kawan yang dimaksud itu ialah Khidhir, sedangkan Hurr mengatakan bukan.
Kemudian lewatlah Ubay bin Ka'ab [al-Anshari 8/ 193] di
depan mereka. Ibnu Abbas lalu memanggilnya kemudian berkata, "Sesungguhnya
aku berselisih pendapat dengan sahabatku ini siapa kawan Musa yang olehnya
ditanyakan mengenai jalan untuk menuju tempatnya itu, agar dapat bertemu
dengannya. Apakah kamu pernah mendengar hal-ihwalnya yang kamu dengar sendiri
dari Nabi saw?"
Ubay bin Ka'ab
menjawab, "Ya, saya mendengar Rasulullah saw. [menyebut-nyebut
hal-ihwalnya 1/27]. Beliau bersabda, 'Ketika Musa duduk bersama beberapa orang
Bani Israel, [tiba-tiba seorang laki-laki datang & bertanya kepadanya
(Musa), 'Adakah seseorang yang lebih pandai daripada kamu?' Musa menjawab,
'Tidak." Maka, Allah menurunkan wahyu kepada Musa, "Ada, yaitu hamba
Kami Khidhir." Musa bertanya kepada (Allah) bagaimana jalan ke sana (pada
suatu riwayat : bagaimana cara bertemu dengannya 1/8).
Maka, Allah
menjadikan ikan sebagai sebuah tanda baginya & dikatakan kepadanya,
'Apabila ikan itu hilang darimu, maka kembalilah (ke tempat di mana ikan itu
hilang) karena engkau akan bertemu dengannya (Khidhir). 'Maka, Musa pun
mengikuti jejak ikan laut. Murid Musa berkata kepadanya, 'Adakah kamu melihat
kita berdiam yakni ketika beristirahat di batu besar.
Sesungguhnya aku
terlupa kepada ikan hiu itu & tiada yang membuat aku lupa tentang hal itu,
melainkan setan.' Musa berkata, 'Kalau demikian, memang itulah tempat yang kita
cari.' Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula. Kemudian mereka
bertemu dengan Khidhir. Maka, apa yang terjadi pada mereka selanjutnya telah
diceritakan Allah Azza wa Jalla di dalam Kitab-Nya."
Bab
Ke-18: Sabda Nabi saw., "Ya Allah, Ajarkanlah Al-Qur an kepadanya."
58. Ibnu Abbas r.a.
berkata, "Rasulullah saw. memelukku [ke dadanya 4/ 217] & bersabda,
"Ya Allah, ajarkanlah Al-Qur'an kepadanya." (Dan dalam satu riwayat:
al-hikmah. Al-hikmah ialah kebenaran di luar nubuwwah).
Bab
Ke- 19: Kapankah Anak Kecil Boleh Mendengarkan Pengajian?
59. Ibnu Abbas r.a.
berkata, "Saya datang kepada orang yang datang dengan naik keledai, pada
saat itu saya hampir dewasa & Rasulullah saw. sedang [berdiri] shalat di
Mina [pada waktu haji wada' [22]]
tanpa dinding.[23]
Saya melewati depan shaf [kemudian saya turun], & saya melepaskan keledai
itu makan & minum lalu saya masuk ke shaf. (Dan dalam satu riwayat: Lalu
saya berbaris bersama orang-orang di belakang Rasulullah saw.), & tidak ada
seorang pun yang mengingkari hal itu atasku."
Bab
Ke-20: Pergi Menuntut Ilmu
Jabir bin Abdullah
pergi selama sebulan kepada Abdullah bin Anis mengenai sebuah hadits.[24]
(Saya berkata,
"Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Ibnu Abbas
yang telah disebutkan pada dua bab sebelumnya.")
Bab
Ke-21: Keutamaan Orang yang Berilmu & Mengajarkannya
60. Abu Musa
mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, "Perumpamaan apa yang diutuskan Allah
kepadaku yakni petunjuk & ilmu adalah seperti hujan lebat yang mengenai
tanah. Dari tanah itu ada yang gembur yang dapat menerima air (& dalam
riwayat yang mu'allaq disebutkan bahwa di antaranya ada bagian yang dapat
menerima air[25]
), lalu tumbuhlah rerumputan yang banyak.
Daripadanya ada yang
keras dapat menahan air & dengannya Allah memberi kemanfaatan kepada
manusia lalu mereka minum, menyiram, & bertani. Air hujan itu mengenai
kelompok lain yaitu tanah licin, tidak dapat menahan air & tidak dapat
menumbuhkan rumput. Demikian itu perumpamaan orang yang pandai tentang agama
Allah & apa yang diutuskan kepadaku bermanfaat baginya. Ia pandai &
mengajar. Juga perumpamaan orang yang tidak menghiraukan hal itu, & ia
tidak mau menerima petunjuk Allah yang saya diutus dengannya."
Bab
Ke-22: Diangkatnya (Hilangnya) Ilmu & Munculnya Kebodohan
Rabi'ah berkata,
'Tidak boleh bagi seseorang yang memiliki sesuatu lantas menyia-nyiakan
dirinya."[26]
(Saya berkata,
"Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Anas yang
akan disebutkan pada [67 - an-Nikah/111- BAB].")
Bab
Ke-23: Keutamaan Ilmu
61. Ibnu Umar
berkala, "Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda, 'Ketika saya tidur
didatangkan kepada saya segelas susu, lalu saya minum [sebagiannya 8/79],
sehingga saya melihat cairan [mengalir], keluar pada kuku-kuku saya, (&
dalam satu riwayat: ujung-ujung jari saya 7/74). Kemudian kelebihannya saya
berikan kepada Umar ibnul Khaththab.' Mereka berkata, 'Engkau takwilkan apakah,
wahai Rasulullah? Beliau bersabda, 'Ilmu.'"
[[2]]
Bab
Ke-24: Memberikan Fatwa-Fatwa Agama ketika Menaiki Seekor Binatang atau Berdiri
di Atas Apa Saja
62. Abdullah bin Amr bin Ash mengatakan
bahwa Nabi saw. wukuf pada haji Wada' di Mina [beliau berkhotbah pada hari
Nahar di atas untanya 2/191] [pada saat melempar jumrah] kepada orang-orang.
Mereka bertanya kepada beliau, kemudian datanglah seorang laki-laki &
berkata,
"[Wahai
Rasulullah], saya tidak mengetahui, lalu saya bercukur sebelum
menyembelih." Beliau bersabda, "Sembelihlah & tidak
berdosa." Orang lain datang & berkata, "Saya tidak tahu, saya
menyembelih sebelum melempar (jumrah)." Beliau bersabda,
"Lemparkanlah (jumrah) & tidak berdosa." Nabi saw tidaklah
ditanya [pada hari itu 2/190] tentang sesuatu yang diajukan & dikemudiankan
kecuali beliau bersabda, "Lakukanlah & tidak berdosa."
Bab
Ke-25: Orang yang Menjawab fatwa dengan Isyarat Tangan & Kepala
63. Abu Hurairah r.a.
mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, "Ilmu (tentang agama) akan dicabut,
kebodohan & fitnah-fitnah itu akan tampak, & banyak kegemparan."
Ditanyakan, "Apakah kegemparan itu, wahai Rasulullah?" Lalu beliau
berbuat (berisyarat) demikianlah dengan tangan beliau, lalu beliau
merobohkannya, seolah-olah beliau menghendaki pembunuhan.[27]
Bab
Ke-26: Anjuran Nabi saw. kepada Tamu Abdul Qais agar Memelihara Keimanan &
Ilmu, & Memberitahukan kepada Orang-Orang yang di Belakang Mereka
Malik bin
al-Huwairits berkata, "Rasulullah saw bersabda kepada kami, 'Kembalilah
kepada keluargamu, kemudian ajarilah mereka.'"[28]
(Saya berkata,
"Dalam hal ini Imam Bukhari telah membawakan hadits Ibnu Abbas dengan
isnadnya sebagaimana yang disebutkan pada hadits nomor 40.")
Bab
Ke-27: Mengadakan Perjalanan untuk Mencari Jawaban terhadap Masalah yang
Benar-Benar Terjadi & Mengajarkan kepada Keluarganya
(Saya berkata,
"Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Uqbah bin
al-Harits yang akan disebutkan pada [67- anNikah/24-BAB].")
Bab
Ke-28: Saling Bergantian dalam Menuntut Ilmu
(Saya berkata,
"Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya beberapa jalan
dari hadits Umar yang akan disebutkan pada [46 al-Mazhalim/ 25 - BAB].")
Bab
Ke-29: Marah dalam Memberi Nasihat atau Mengajar, Ketika Melihat Sesuatu yang
Dibencinya
64. Abu Musa berkata,
"Nabi saw. ditanya tentang sesuatu yang tidak disukai oleh beliau. Ketika
mereka banyak bertanya kepada beliau, maka beliau marah. Kemudian beliau
bersabda kepada orang-orang, "Tanyakanlah kepada saya tentang sesuatu yang
kamu kehendaki."
Seorang laki-laki
berkata, "Siapakah ayahku?" Beliau bersabda, "Ayahmu
Hudzafah." Orang lain berdiri & bertanya, "Siapakah ayahku, wahai
Rasulullah?" Beliau bersabda, "Ayahmu Salim, maula 'mantan
budak' Syaibah." Ketika Umar melihat apa yang terdapat pada wajah beliau
(yang berupa kemarahan), ia berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami
bertobat kepada Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahamulia."
Bab
Ke-30: Orang yang Berjongkok di Atas Kedua Lututnya di Depan Imam atau Orang
yang Memberi Keterangan
(Saya berkata,
"Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya bagian dari
hadits Anas yang akan disebutkan pada [97 At-Tauhid/4-BAB]").
Bab
Ke-31: Pengulangan Pembicaraan Seseorang Sebanyak Tiga Kali dengan Maksud agar
Orang Lain Mengerti
Ibnu Umar berkata,
"Nabi saw. bersabda, 'Apakah aku sudah menyampaikan?' (beliau ulangi tiga
kali)."
65. Anas r.a. mengatakan bahwa apabila Nabi saw. mengatakan suatu perkataan beliau mengulanginya tiga kali sehingga dimengerti. Apabila beliau datang pada suatu kaum, maka beliau memberi salam kepada mereka tiga kali.
Bab
Ke-32: Seorang Lelaki Mengajar Hamba Sahayanya yang Wanita & Keluarganya
66. Abu Musa berkata, "Rasulullah saw. bersabda, 'Tiga (golongan) mendapat dua pahala yaitu seorang Ahli Kitab yang beriman kepada Nabinya kemudian beriman kepada Muhammad saw.; hamba sahaya apabila menunaikan hak Allah Ta'ala & hak tuannya (& dalam suatu riwayat: hamba sahaya yang beribadah kepada Tuhannya dengan baik & menunaikan kewajibannya terhadap tuannya yang berupa hak, kesetiaan, & ketaatan 3/142);
& seorang
laki-laki yang mempunyai budak wanita yang dididiknya secara baik serta
diajarnya secara baik (& dalam satu riwayat: lalu dipenuhinya
kebutuhan-kebutuhannya & diperlakukannya dengan baik 3/123), kemudian
dimerdekakannya [kemudian menentukan mas kawinnya 6/121][29]
, lalu dikawininya, maka ia mendapat dua pahala."
Kemudian Amir[30] berkata, "Kami memberikannya kepadamu tanpa imbalan sesuatu pun. Sesungguhnya ia biasa dinaiki ke Madinah untuk keperluan lain."
Kemudian Amir[30] berkata, "Kami memberikannya kepadamu tanpa imbalan sesuatu pun. Sesungguhnya ia biasa dinaiki ke Madinah untuk keperluan lain."
Bab
Ke-33: Imam Menasihati & Mengajarkan Kaum Wanita
(Saya berkata,
"Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Ibnu Abbas
yang akan disebutkan pada [12-Al-Idain / 19-BAB].")
Bab
Ke-34: Antusiasme terhadap Hadits
67. Abu Hurairah r.a. berkata, "Saya
bertanya kepada Rasulullah saw., 'Wahai Rasullullah, siapakah orang yang paling
bahagia dengan syafaat engkau pada hari kiamat? Rasulullah saw. bersabda,
'Sesungguhnya saya telah menduga wahai Abu Hurairah, bahwa tidak ada seorang
pun yang bertanya kepadaku tentang hal ini terlebih dahulu daripada engkau,
karena saya mengetahui antusiasmu (keinginanmu yang keras) terhadap hadits.
Orang yang paling
bahagia dengan syafaatku pada hari kiamat adalah orang yang mengucapkan,
"LAA ILAAHA ILLALLAH" 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah', dengan tulus
dari hati atau jiwanya (& dalam satu riwayat: dari arah jiwanya
7/204)."
Bab Ke-35: Bagaimana Dicabutnya Ilmu Agama
Umar bin Abdul Aziz
menulis surat kepada Abu Bakar Ibnu Hazm sebagai berikut, "Perhatikanlah,
apa yang berupa hadits Rasulullah saw. maka tulislah, karena sesungguhnya aku
khawatir ilmu agama tidak dipelajari lagi, & ulama akan wafat. Janganlah
engkau terima sesuatu selain hadits Nabi saw.. Sebarluaskanlah ilmu &
ajarilah orang yang tidak mengerti sehingga dia mengerti. Karena, ilmu itu
tidak akan binasa (lenyap) kecuali kalau ia dibiarkan rahasia (tersembunyi)
pada seseorang."
68. Dari Urwah, [dia berkata, "Kami diberi
keterangan 8/148] Abdullah bin Amr bin
Ash, [maka saya mendengar dia] berkata, 'Saya mendengar Rasulullah saw
bersabda, 'Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu (agama) dengan serta-merta
dari hamba-hamba Nya. Tetapi, Allah mencabut ilmu dengan mewafatkan (mematikan)
ulama, sehingga Allah tidak menyisakan orang pandai. Maka, manusia mengambil
orang-orang bodoh sebagai pemimpin. Lalu, mereka ditanya, & mereka memberi
fatwa tanpa ilmu. (Dan dalam satu riwayat: maka mereka memberi fatwa dengan
pikirannya sendiri). Maka, mereka sesat & menyesatkan."
Kemudian aku (Urwah) berkata kepada Aisyah istri Nabi saw., lalu Abdullah bin Amr memberi keterangan sesudah itu. Aisyah berkata, 'Wahai anak saudara wanitaku! Pergilah kepada Abdullah, kemudian konfirmasikanlah kepadanya apa yang engkau ceritakan kepadaku itu.' Lalu aku datang kepada Abdullah & menanyakan kepadanya. Maka, dia menceritakan kepadaku apa yang sudah diceritakan kepadaku itu. Kemudian aku datang kepada Aisyah, lalu kuberitahukan kepadanya. maka dia merasa kagum. Ia berkata, 'Demi Allah, sesungguhnya Abdullah bin Amr telah hafal.'" (8/148).
Bab
Ke-36: Apakah untuk Kaum Wanita Perlu Diberikan Giliran Hari yang Tersendiri
dalam Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Agama
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Abu Said al-Khudri yang akan disebutkan pada [96 - Al-I'tisham/9 - BAB].")
Bab Ke-37: Orang yang Mendengarkan Sesuatu Lalu Mengulanginya Hingga Mengetahui Secara Sempurna
69. Ibnu Abi Mulaikah mengatakan bahwa Aisyah istri Nabi saw. tidak pernah mendengar sesuatu yang tidak diketahuinya melainkan ia mengulangi lagi sehingga ia mengetahuinya benar-benar (secara pasti). Nabi saw. bersabda, "Barangsiapa yang dihisab, maka dia telah disiksa." (Dalam satu riwayat: binasa 6/81).
Aisyah berkata,
"Lalu aku berkata, ["Biarlah Allah menjadikan aku sebagai penebusmu,
bukankah Allah Azza Wa Jalla berfirman, '[Adapun orang yang diberikan kitabnya
pada tangan kanannya], maka ia akan dihisab (diperhitungkan) dengan perhitungan
yang mudah?'" Lalu beliau bersabda, "Hal itu hanyalah suatu
kelapangan. Tetapi, barangsiapa yang diteliti betul perhitungannya, maka ia
akan binasa." (Dan dalam satu riwayat: "Dan tidak ada seorang pun
yang diteliti betul hisabnya pada hari kiamat melainkan ia telah disiksa."
7/198).
Bab
Ke-38: Hendaklah Orang yang Hadir Menyampaikan Ilmu kepada yang Tidak Hadir
Hal itu dikatakan
oleh Ibnu Abbas dari Nabi saw.[31]
70. Abu Syuraih [al-Adawi 5/94] berkata kepada Amr bin Said ketika ia mengirim pasukan ke Mekah, "Izinkanlah saya wahai Amir untuk menyampaikan kepadamu suatu perkataan yang disabdakan Nabi saw. pada pagi hari pembebasan (Mekah). Sabda beliau itu terdengar oleh kedua telinga saya, & hati saya memeliharanya, serta dua mata saya melihat ketika beliau menyabdakannya.
Beliau memuja Allah
& menyanjung-Nya, kemudian beliau bersabda, 'Sesungguhnya Mekah itu
dimuliakan oleh Allah Ta'ala & manusia tidak memuliakannya, maka tidak
halal bagi seseorang yang beriman kepada Allah & hari akhir menumpahkan
darah di Mekah, & tidak halal menebang pepohonan di sana.
Jika seseorang
memandang ada kemurahan (untuk berperang) berdasarkan peperangan Rasulullah
saw. di sana, maka katakanlah [kepadanya 2/213], 'Sesungguhnya Allah telah
mengizinkan bagi Rasul-Nya, tetapi tidak mengizinkan bagimu, & Allah hanya
mengizinkan bagiku sesaat di suatu siang hari, kemudian kembali kemuliaannya
(diharamkannya) pada hari itu seperti haramnya kemarin.
' Orang yang hadir
hendaklah menyampaikan kepada orang yang tidak hadir (gaib).' Kemudian
ditanyakan kepada Abu Syuraih, 'Apakah yang dikatakan [kepadamu] oleh
Amr?" Dia menjawab, "Aku lebih mengetahui [tentang hal itu] daripada
engkau, wahai Abu Syuraih! Sesungguhnya Mekah (dalam satu riwayat: Tanah Haram)
tidak melindungi orang yang durhaka, orang yang lari karena kasus darah
(membunuh), & orang yang lari karena merusak agama."
Abu Abdillah berkata, "Al-khurbah ialah merusak agama." (5/95)
Abu Abdillah berkata, "Al-khurbah ialah merusak agama." (5/95)
Bab
Ke-39: Dosa Orang yang Berdusta Atas Nama Nabi saw.
71. Ali r.a berkata, "Rasulullah saw bersabda, janganlah kamu berdusta atas namaku. Karena, orang yang berdusta atas namaku, maka hendaklah ia memasuki neraka."
72, Dari Amir bin Abdullah ibnuz Zubair dari ayahnya, ia berkata, "Saya berkata kepada az-Zubair, 'Saya tidak pernah mendengar engkau menceritakan suatu hadits yang engkau terima dari Rasulullah saw. sebagaimana si Anu & si Anu menceritakannya.' Zubair berkata, "Ketahuilah, sesungguhnya saya ini tidak pernah berpisah dari beliau saw., tetapi saya pernah mendengar beliau saw. bersabda, 'Barangsiapa yang berdusta atas namaku, maka hendaklah ia bersedia menempati tempat duduknya di neraka.'"
73. Anas berkata, "Sesungguhnya ada hal yang menghalang-halangi aku untuk memberitakan hadits kepada kamu sekalian, yaitu karena Nabi saw. bersabda, 'Barangsiapa yang berdusta atas namaku, maka hendaklah ia bersedia menempati tempat duduknya di neraka.'"
74. Salamah bin Akwa'
r.a. berkata, "Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda, 'Barangsiapa yang
berkata atas namaku akan sesuatu yang tidak saya katakan, maka hendaklah ia
bersedia menempati tempat duduknya di neraka."
75. Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa Nabi saw. bersabda, "Barangsiapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, maka hendaklah dia bersedia menempati tempat duduknya di neraka."
Bab Ke-40: Menulis Ilmu
76. Abu Hurairah
mengatakan bahwa kabilah Khuza'ah membunuh seorang laki-laki dari kabilah Laits
pada tahun pembebasan Mekah. Karena, adanya orang yang terbunuh yang dibunuh
orang kabilah Khuza'ah [pada zaman jahiliah 8/38]. Hal itu diberitahukan kepada
Nabi saw., lalu beliau menaiki kendaraannya & berkhotbah [kepada orang
banyak.
Lalu beliau memuji
Allah & menyanjung-Nya 3/94], kemudian beliau bersabda, "Sesungguhnya
Allah telah menahan Mekah dari (serangan pasukan) gajah, & Dia memberikan
kekuasaan kepada Rasulullah saw. serta orang-orang yang beriman atas mereka.
Ketahuilah sesungguhnya Mekah tidak halal bagi orang yang sebelumku & tidak
halal bagi orang yang sesudahku.
Ketahuilah
sesungguhnya Mekah itu halal bagiku, sesaat dari siang hari. Ketahuilah bahwa
Mekah pada saatku itu haram, duri-durinya tidak boleh dipotong, pohon-pohonnya
tidak boleh ditebang, barang temuannya tidak boleh diambil kecuali bagi orang
yang mencari (pemiliknya). Barangsiapa yang keluarganya terbunuh, maka menurut
pandangan yang terbaik, adakalanya pembunuhnya diikat & adakalanya dibalas
bunuh oleh keluarga si terbunuh."
Seorang laki-laki dari penduduk Yaman [yang bernama Abu Syah] berkata, 'Tuliskan untuk saya wahai Rasulullah!" Lalu beliau bersabda, 'Tulislah untuk ayah Fulan.' (Dan dalam satu riwayat: 'Untuk Abu Syah.') Seorang laki-laki dari suku Quraisy berkata, "Kecuali idzkhir 'tumbuh-tumbuhan yang harum baunya', wahai Rasulullah, karena idzkhir itu ditempatkan di rumah & kuburan kami." Lalu Nabi saw. bersabda, "Kecuali idzkhir." [Saya bertanya kepada Al-Auza'i, "Apa yang dimaksud dengan perkataannya, 'Tulislah untukku wahai Rasulullah' itu?' Al-Auza'i menjawab, 'Khotbah yang didengarnya dari Rasulullah saw ini.'"].
77. Abu Hurairah r
.a. berkata, 'Tiada seorang pun dari sahabat Nabi saw yang lebih banyak dalam
meriwayatkan hadits yang diterima dari beliau saw daripada saya, melainkan apa
yang didapat dari Abdullah bin Amr, sebab ia mencatat hadits sedang saya tidak
mencatatnya."
0 komentar:
Posting Komentar
hanya komentar yang baik, menyejukkan, mencerdaskan, menginspirasi