Jumat, 13 Februari 2015

Eduard Petrovic: Pencarian Panjang


Eduard Petrovic. Lahir & besar di Rumania, Eropa Timur. Sejak Juli 2009, ia membuat keputusan terbaik, Muslim.

Sejak kecil, Petrovic tumbuh di bawah asuhan nenek & kakeknya. Kedua orang tuanya bercerai ketika ia masih berumur beberapa bulan. Kemudian menyerahkan Petrovic kepada orang tuanya. 

“Merekalah yang mengasuhku sampai besar,” tuturnya.

Peta Rumania, Eropa Timur

Petrovic menjalani hidup dengan sangat baik di bawah asuhan kakek & nenek. Ia malah nyaris tidak memerhatikan kehadiran wanita cantik, yang selalu datang mengunjungi kediaman mereka.

“Saat bertamu ke tempat kami, perempuan itu kadang-kadang juga mengajakku berbicara. Aku ingat, ketika itu aku masih 8 tahun,”.

Petrovic bertanya kepada neneknya, siapa gadis cantik itu? Perempuan itu akhirnya mengungkapkan, kalau dia ibu kandungnya. Petrovic tidak pernah tahu ini sebelumnya. Sejak bayi, sang bunda menyerahkannya pada kakek & nenek.

Petrovic menjalani hidup bersama ibunya di rumah yang memang sengaja dibangunnya untuk mereka berdua. 

Bundanya, adalah ibu yang baik. Merawat Petrovic sungguh-sungguh & ingin memberikan pendidikan terbaik. 

“Aku pun mempelajari banyak hal tentang agama Kristen & bahkan pernah bercita-cita menjadi seorang pendeta jika sudah dewasa,”.

Ketika usianya 14 tahun, ibunya berkenalan dengan seorang pria Amerika Serikat lewat internet. Pria itu datang ke Rumania & tinggal bersama mereka selama 2 pekan.

Selama pria itu menginap di rumah ibunya, Petrovic harus tinggal dengan kakeknya lagi sementara waktu. Setelah itu, ibunya membuatkan paspor, lalu mereka terbang ke AS & tinggal di sana bersama lelaki itu. Kelak, pria itu menjadi menjadi ayah tirinya.

Petrovic merindukan masa-masa bersama kakek, nenek, & semua temannya di Rumania. 

“Aku memang telah belajar bahasa Inggris di sekolah, sehingga bahasa tidak menjadi masalah lagi buatku. 

Akan tetapi, cara hidup di AS benar-benar berbeda, sehingga sulit rasanya bagiku untuk menyesuaikan diri,”.

Ia tinggal di Chicago beberapa waktu. Kemudian pindah ke Dallas, Texas, tempat mereka menetap sampai sekarang ini.

Peta Dallas, Texa, Amerika

“Aku terus belajar dengan giat, disamping mendalami olahraga sepakbola. Sebelum terbang ke AS, aku memang sempat berjanji pada kakek untuk menjadi seorang pemain sepakbola profesional,”.

Sepanjang 2 pekan terakhir Oktober 2008, Petrovic harus mengalami hari-hari terburuk dalam hidupnya.

Saat itu, ibunya mengabarkan bahwa kakeknya sedang sakit keras. Lelaki tua yang sangat ia cintai itu akhirnya tutup usia pada 30 Oktober.

“Itu menjadi hari paling menyedihkan dalam hidupku. Awal Desember di tahun yang sama, kami berangkat ke Rumania & mengunjungi gereja untuk mendoakan kakek,”.

Saat kembali ke tanah kelahirannya, Petrovic bertemu ayah kandungnya untuk pertama kalinya. Sebelumnya, sang bunda tidak pernah mengatakan apa pun tentang dirinya & ia pun tak pernah bertanya.

Perjumpaannya dengan sang ayah, mengungkap siapa lelaki itu sesungguhnya. Ayah kandungnya seorang Muslim, keturunan Turki-Bulgaria.

Petrovic sempat berbincang banyak dengannya saat itu. Ia menanyakan mengapa dia & ibunya bercerai. 

“Ayahku menjelaskannya dengan baik. Juga berbicara tentang Allah & menceritakan kisah-kisah yang membuatku merasa lebih kuat menerima kepergian kakek,”.

Setelah di AS lagi, awal 2009, ibunya bercerai dengan ayah tirinya. Sejak itu, mereka tinggal sendirian. 

Sang ibu sepertinya sangat terpukul oleh perpisahannya dengan lelaki itu. Kala itu, Petrovic sudah mulai mempelajari Islam. 

“Aku benar-benar menyukai cara agama ini menuntun hidup manusia.”

Petrovic mendalami Islam beberapa bulan. Saat liburan musim panas, tepatnya Juli 2009, ia akhirnya memutuskan menjadi seorang Muslim. 

“Tiada Tuhan selain Allah, & Muhammad adalah utusan-Nya.”

Setelah melafalkan sendiri kalimat tersebut dalam bahasa Arab, ia melanjutkannya dengan mandi wajib. Mulai saat itu, terus berusaha menjadi Muslim yang taat & selalu menunaikan shalat setiap hari.

Saat memperoleh hidayah Allah itu, ibunya mulai berkencan dengan pria lain & itu sangat menyakitkan hatinya. Ia benar-benar tidak siap menerima kehadiran ayah tiri lagi. Namun, Petrovic tak bisa menolak takdir itu.

Ramadhan tiba, 1 bulan setelah mualaf. Ia pun mulai puasa pertamanya. Ini menjadi awal yang sangat berat. Kadang-kadang, harus puasa sembunyi-sembunyi. 

“Ibuku tidak bisa menerima anaknya Islam. Belum lagi suami barunya Katolik taat & sangat membenci Muslim,”.

Ia berusaha sebisa mungkin shalat di masjid, walaupun juga harus sembunyi-sembunyi. 

“Sulit memang menjadi seorang Muslim. Tapi aku akan tetap mempertahankan keimananku karena Islam adalah agama yang besar & menakjubkan,”.

Hidupnya jauh lebih tenteram & damai dengan berislam. Ia menganggap semua Muslim seperti saudara-saudaraknya sendiri. 

“Mereka tak sungkan membantuku, meskipun kami tidak saling kenal. Ini benar-benar mengagumkan.”

Petrovic sangat berharap, suatu saat orang tuanya akan menyadari apa yang ia rasakan. Terutama ibunya. Ia selalu berdoa semoga sang bunda menerima hidayah Allah & menjadi seorang Muslimah. (Republika.co.id)


0 komentar:

Posting Komentar

hanya komentar yang baik, menyejukkan, mencerdaskan, menginspirasi