Jumat, 13 Februari 2015

Sa'ad bin Abi Waqqash ra Masuk Islam


Malam telah larut, ketika seorang pemuda Sa'ad bin Abi Waqqash ra. terbangun dari tidurnya. Baru saja ia bermimpi yang sangat mencemaskan. 


Ia merasa terbenam dalam kegelapan, kerongkongannya terasa sesak, nafasnya terengah-engah, keringatnya bercucuran, keadaan sekelilingnya gelap-gulita. 

Dalam kondisi demikian dahsyat itu, tiba-tiba dia melihat seberkas cahaya dari langit yang terang-benderang, maka dalam sekejap, berubahlah dunia yang gelap-gulita menjadi terang benderang dengan cahaya tadi.

Cahaya itu menyinari seluruh rumah penjuru bumi. Bersamaan dengan sinar yang cemerlang itu, Sa'ad bin Abi Waqqash ra. melihat 3 orang pria, yang setelah diamati tidak lain adalah: 

  1. Ali bin Abi Thalib ra., 
  2. Abu Bakar ra. bin Abi Quhafah & 
  3. Zaid bin Haritsah.
Sejak ia bermimpi yang demikian itu, mata Sa'ad bin Abi Waqqash ra. tidak mau terpejam lagi. Kini Sa'ad bin Abi Waqqash ra. duduk merenung, memikirkan arti mimpi yang sangat aneh. 

Sampai sinar matahari mulai meninggi, rahasia mimpi itu, belum terjawab. Hatinya kini bertanya-tanya, berita apakah gerangan yang hendak saya peroleh. Seperti biasa, di waktu pagi, Sa'ad ra. & ibunya selalu makan bersama-sama.

Dalam menghadapi hidangan pagi ini, Sa'ad ra. lebih banyak berdiam diri. Sa'ad ra. adalah pemuda yang sangat patuh & taat kepada ibunya. Namun, mimpi semalam dirahasiakannya, tidak diceritakan kepada ibu yang sangat dicintai & dihormatinya. 

Sedemikian dalam sayangnya Sa'ad pada ibunya, sehingga seolah-olah cinta Sa'ad hanya untuk ibunya yang telah memelihara dirinya sejak kecil sampai dewasa, dengan penuh kelembutan & berbagai pengorbanan.

Pekerjaan Sa'ad ra. adalah membuat tombak & lembing yang diruncingkan, dijual kepada pemuda-pemuda Makkah yang senang berburu. 

Ibunya terkadang melarangnya melakukan usaha ini. Ibu Sa'ad bernama Hamnah binti Suyan bin Abu Umayyah, wanita hartawan keturunan bangsawan Quraisy, yang memiliki wajah cantik & anggun. 

Hamnah juga seorang wanita yang terkenal cerdik & memiliki pandangan yang jauh. Hamnah sangat setia kepada agama nenek moyangnya, penyembah berhala.

Suatu hari, tabir mimpi Sa'ad mulai terbuka, ketika Abu Bakar As-Siddiq ra. mendatangi Sa'ad ra. di tempat pekerjaannya, dengan membawa berita dari langit tentang diutusnya Muhammad Saw, sebagai Rasul Allah. Ketika Sa'ad ra. bertanya,

"Siapakah orang-orang yang telah beriman kepada Muhammad Saw", dijawab Abu Bakar As Siddiq ra., dirinya sendiri, Ali bin Abi Thalib ra., & Zaid bin Haritsah. 

Muhammad Saw, mengajak manusia menyembah Allah Yang Esa, Pencipta langit & bumi. Seruan ini telah mengetuk pintu hati Sa'ad menemui Rasulullah Saw, untuk mengucapkan 2 kalimat syahadat.

Kalbu Sa'ad ra. telah disinari cahaya iman, meskipun usianya waktu itu baru menginjak 17 tahun. Sa'ad ra. termasuk deretan pria pertama yang memeluk Islam, selain Ali bin Abi Thalib ra., Abu Bakar As-Shiddiq ra. & Zaid bin Haritsah. 

Cahaya agama Allah yang memancar ke dalam kalbu Sa'ad, sudah demikian kuat, meskipun ia mengalami ujian yang tidak ringan memeluk agama Allah ini.

Di antara ujian yang dirasa paling berat adalah, ibunya yang paling dikasihi & disayanginya itu tidak rela ketika Sa'ad ra. memeluk Islam. Sejak memeluk Islam, Sa'ad ra. telah melaksanakan shalat sembunyi-sembunyi di kamarnya. 

Sampai suatu saat, ketika sedang bersujud kepada Allah, tidak sengaja, ibu yang belum mendapat hidayah Allah,  melihatnya.

Dengan nada sedikit marah, Hamnah bertanya: 

"Sa'ad, apakah yang sedang kau lakukan?" 

Rupanya Sa'ad ra. sedang berdialog dengan Tuhannya, ia tampak tenang & khusyu' sekali. Setelah selesai Shalat, ia berbalik menghadap ibunya seraya berkata lembut. 

"Ibuku sayang, anakmu tadi bersujud kepada Allah Yang Esa, Pencipta langit & bumi & apa yang ada di antara keduanya"

Mendengar jawaban anaknya, sang ibu mulai naik darah & berkata: 

"Rupanya engkau telah meninggalkan agama nenek moyang kita, Tuhan Latta, Manna & Uzza. Ibu tidak rela wahai anakku. 

Tinggalkanlah agama itu & kembalilah ke agama nenek moyang kita yang telah sekian lama kita anut". 

"Wahai ibu, aku tidak dapat lagi menyekutukan Allah, Dia-lah Dzat Yang Tunggal, tiada yang setara dengan Dia, & Muhammad adalah utusan Allah untuk seluruh umat manusia", jawab Sa'ad.

Kemarahan ibunya semakin menjadi-jadi, karena Sa'ad ra. tetap bersikeras dengan keyakinannya yang baru ini. 

Hamnah berjanji, tak akan makan & minum sampai Sa'ad ra. kembali taat memeluk agamanya semula. Sehari telah berlalu, ibu ini tetap tidak mau makan & minum. Hati Sa'ad ra. merintih melihat ibunya, tetapi keyakinanya terlalu mahal untuk dikorbankan. 

Sa'ad ra. datang membujuk ibunya dengan mengajaknya makan & minum bersama, tapi ibunya menolak dengan harapan agar Sa'ad ra. kembali kepada agama nenek moyangnya.

Kini Sa'ad makan sendirian tanpa ditemani ibunya. Hari keduapun telah berlalu, ibunya tampak letih, wajahnya pucat-pasi & matanya cekung, ia terlihat lemah sekali. Tidak ada sedikitpun makanan & minuman yang dijamahnya. 

Sa'ad ra. sebagai seorang anak yang mencintai ibunya bertambah sedih & terharu sekali melihat keadaan Hamnah yang demikian.

Malam berikutnya, Sa'ad ra. kembali membujuk ibunya, agar mau makan & minum. Namun ibunya, wanita yang berpendirian keras, tetap menolak ajakan Sa'ad ra. makan. 

Bahkan ia kembali merayu Sa'ad ra. agar menuruti perintahnya semula. Tetapi Sa'ad ra. tetap pada pendiriannya. 

Ia tak hendak menjual agama & keimanannya kepada Allah dengan sesuatu, sekalipun dengan nyawa ibu yang dicintainya. Imannya telah membara, cintanya kepada Allah & Rasul-Nya telah sedemikian dalam.

Di depan matanya ia menyaksikan keadaan ibunya yang meluluhkan hatinya, namun dari lidahnya keluar kata-kata pasti yang membingungkan lbunya, 

"Demi Allah, ketahuilah wahai ibunda sayang, seandainya ibunda memiliki seratus nyawa lalu ia keluar satu persatu, tidaklah nanda akan meninggalkan agama ini walau ditebus dengan apa pun juga. Maka sekarang, terserah kepada ibunda, apakah ibunda akan makan atau tidak". 

Kata kepastian yang diucapkan anaknya tegas, membuat ibu Sa'ad tertegun sesaat.

Akhirnya ia mulai mengerti & sadar, anaknya telah memegang teguh keyakinannya. Untuk menghormati ibunya, Sa'ad ra. kembali mengajaknya makan dengannya. 

Karena ibu ini telah kelaparan yang amat sangat & telah memaklumi, bahwa anak yang dicintainya tidak akan mundur setapakpun dari agama yang dianutnya, maka ibu Sa'ad mundur dari pendiriannya & memenuhi ajakan anaknya makan bersama. 

Alangkah gembiranya hati Sa'ad Ujian imannya ternyata dapat diatasinya dengan ketabahan & memohon pertolongan Allah Swt.

Keesokan paginya, Sa'ad ra. pergi menuju ke rumah Nabi Muhamad saw. Sewaktu ia berada di tengah majelis Nabi Muhammad saw, turunlah firman Allah yang mendukung pendirian Sa'ad bin Abi Wadqash ra.:

"Dan Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada ibu-bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah lemah & menyapihnya dalam dua tahun. 

Bersyukurlah kepada-Ku & kepada kedua ibu-bapakmu, hanya kepada-Ku-lah tempat kamu kembali. 

Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu turuti keduanya, & bergaullah dengan keduanya didunia dengan baik & ikutilah jalan orang-orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah tempat kembalimu. 

Maka kuberitahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan ". [QS Luqman 31:14-15].

Demikianlah, keimanan Sa'ad bin Abi Waqqash ra. kepada Allah & Rasul-Nya, telah mendapat keridhaan Ilahi. Al-Qur'an mengabadikan peristiwa itu, menjadi pedoman kaum Muslimin. 

Terkadang, Sa'ad ra. mencucurkan air matanya, apabila sedang di dekat Nabi Muhammad saw. Ia adalah sahabat Rasulullah saw, yang diterima amal ibadahnya & diberi nikmat dengan doa Rasulullah saw, agar doanya kepada Allah dikabulkan. Apabila Sa'ad ra. bermohon diberi kemenangan Allah, pastilah Allah akan mengabulkan doanya.

Suatu hari, ketika Rasulullah saw, sedang duduk bersama para sahabat, tiba-tiba beliau menatap ke langit seolah mendengar bisikan malaikat. Kemudian Rasul kembali menatap kepada sahabatnya dengan berkata:

"Sekarang akan ada di hadapan kalian seorang laki-laki dari penduduk surga".

Mendengar ucapan Rasulullah saw, para sahabat menengok ke kanan & ke kiri pada setiap arah, untuk melihat siapakah gerangan lelaki berbahagia yang menjadi penduduk surga. 

Tidak lama berselang, datanglah laki-laki yang ditunggu itu, Sa'ad bin Abi Waqqash ra. Di samping terkenal sebagai anak yang berbakti kepada orang tua, Sa'ad juga terkenal karena keberaniannya dalam peperangan, membela agama Allah. [google.android]

=====
Baca juga: Kesatriaan Sa'ad bin Abi Waqqash, klik disini


0 komentar:

Posting Komentar

hanya komentar yang baik, menyejukkan, mencerdaskan, menginspirasi