Sabtu, 03 Maret 2012

MUHAMMAD SYAFII ANTONIO: Ekonom Islam


[Journey to Islam; 26 Jul 2005]

Lahir di Sukabumi, Jawa Barat, 12 Mei 1965. Nama Nio Cwan Chung. WNI keturunan. Sejak kecil saya mengenal & menganut Konghucu, karena ayah pendeta Konghucu. 

Selain Konghucu, juga mengenal Islam melalui pergaulan di rumah & sekolah. Saya sering memperhatikan cara-cara ibadah orang-orang muslim.

Kerena sering memperhatikan, tanpa sadar saya diam-diam suka shalat. Kegiatan ibadah orang lain ini saya lakukan, walaupun belum muslim.

Keluarga memberikan kebebasan memilih agama. Saya memilih Kristen Protestan. Nama menjadi Pilot Sagaran Antonio. Kepindahan ke Kristen Protestan, tidak membuat ayah marah. Ayah akan sangat kecewa, jika memilih Islam Sikap ayah berangkat dari image buruk pemeluk Islam. Ayah melihat ajaran Islam itu bagus. Apalagi dari sisi Al Qur’an & Hadits. Tapi, ayah sangat heran pada pemeluknya, yang tidak mencerminkan kesempurnaan ajaran agamanya.

Gambaran buruk tentang kaum muslimin itu menurut ayah, terlihat banyaknya umat Islam yang dalam kemiskinan, keterbelakangan,& kebodohan. Mencuri sandal di mushola pun dilakukan . Keindahan & kebagusan Islam, dinodai prilaku umatnya yang kurang baik.

Kendati demikian buruknya citra kaum muslimin di mata ayah, tak membuat saya kendur mengetahui lebih jauh agama islam. Saya mengkaji Islam secara komparatif (perbandingan) dengan agama-agama lain. Dalam studi perbandingan ini menggunakan 3 pendekatan: sejarah, alamiah, & nalar rasio biasa. Sengaja saya tidak menggunakan pendekatan kitab-kitab suci, agar obyektif hasilnya.

Berdasarkan 3 pendekatan itu, saya melihat Islam benar-benar mudah dipahami ketimbang yang lain. Dalam Islam saya temukan, semua rasul yang diutus Tuhan ke muka bumi, mengajarkan risalah yang 1. 

Tauhid. Selain itu, saya sangat tertarik kitab suci umat Islam, Al-Qur’an. Kitab ini penuh kemukjizatan, baik bahasa, tatanan kata, isi, berita, keteraturan sastra, data-data ilmiah, & berbagai aspek lainnya.

Ajaran Islam memiliki sistem nilai yang sangat lengkap & komprehensif. Meliputi akidah, kepercayaan, & tidak perlu perantara dalam beribadah. Dibanding agama lain, ibadah dalam Islam diartikan universal. 

Artinya, semua yang dilakukan baik ritual, rumah tangga, ekonomi, sosial, maupun budaya, selama tidak menyimpang & untuk meninggikan siar Allah, nilainya ibadah. Dibanding agama lain, terbukti, tidak ada agama yang memiliki sistem selengkap Islam. Hasil studi inilah yang memantapkan hati memutuskan: Islam agama yang dapat menjawab persoalan hidup.


Masuk Islam. Setelah perenungan memantapkan hati, maka saat berusia 17  & masih duduk di bangku SMA, saya memeluk Islam. Oleh K.H.Abdullah bin Nuh al-Ghazali saya dibimbing mengucapkan ikrar 2 kalimat syahadat pada 1984. Menjadi Syafii Antonio.

Keputusan yang saya ambil menjadi pengikut Nabi Muhammad saw. Ternyata mendapat tantangan keluarga. Dikucilkan & diusir dari rumah. Jika pulang, pintu selalu tertutup & terkunci. Bahkan waktu shalat, kain sarung sering diludahi. Perlakuan keluarga tak saya hadapi dengan wajah marah, tapi dengan kesabaran & perilaku santun. Ini konsekuensi keputusan yang saya ambil.

Alhamdulillah, perlakuan & sikap saya membuahkan hasil. Tak lama kemudian mama menyusul, pengikut Nabi Muhammad saw. Setelah mengikrarkan diri, terus mempelajari Islam, mulai membaca buku, diskusi, & sebagainya. Kemudian saya mempelajari bahasa Arab di Pesantren an-Nidzom, Sukabumi, dibawah pimpinan K.H.Abdullah Muchtar.

Lulus SMA ke ITB & IKIP, pindah ke IAIN Syarif Hidayatullah. Itupun tidak lama, kemudian ke University of Yourdan (Yordania). Selesai S1, S2 di international Islamic University (IIU) di Malaysia, khusus mempelajari ekonomi Islam.

Selesai studi, bekerja & mengajar pada beberapa universitas. Segala aktivitas saya sengaja saya arahkan pada bidang agama. Membantu saudara-saudara muslim Tionghoa, Saya aktif pada Yayasan Haji Karim Oei. Di yayasan inilah para mualaf mendapat informasi & pembinaan. Mulai bimbingan shalat, membaca Al-Qur’an, diskusi, ceramah, & kajian Islam, hingga informasi mengenai agama Islam. (Hamzah, mualaf.com)

Redaksi : Saat ini M Syafii Antonio aktif diberbagai Lembaga Keuangan Islam/Syariah baik Bank maupun Non Bank, & membina berbagai pendidikan syariah

Dr. Muhammad Syafii Antonio, MSc


- Doktor Banking & Micro Finance, University of Melbourne, 2004
- Master of Economic, International Islamic University, Malayasia, 1992
- Sarjana Syariah, University of Jordan, 1990
- Komite Ahli Pengembangan Perbankan Syariah pada Bank Indonesia
- Dewan Komisaris Bank Syariah Mega Indonesia
- Dewan Syariah BSM
- Dewan Syariah Takaful
- Dewan Syariah PNM
- Dewan Syariah Nasional, MUI
Perbankan & Syariah serta Pesantren. Muhammad Syafii Antonio, seorang alumni pesantren yang tercebur ke dunia perbankan. Masuk pesantren dengan alasan ingin mendalami Islam agama yang baru dianutnya, Syafii menapak sukses menjadi pakar ekonomi syariah nasional saat ini. 

Ia memulai pendidikan pesantrennya pada 1985, ketika lulus dari SMU. Ia masuk pesantren tradisional An-Nizham, Sukabumi. Alasannya ketika itu ingin mendalami ilmu keislaman secara utuh. "Jika ingin menjadi muslim yang komprehensif, pesantren adalah tempat yang ideal."

Tiga tahun di pesantren, ia melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Ia mendaftar ke ITB, IKIP, & IAIN. Meski diterima, karena ia ingin lebih besar mempelajari Islam, Syafii memilih ke luar negeri. Lewat Muhammadiyah, ia mendapat kesempatan belajar di Yordania studi Islam bidang syariah. 


Di saat yang sama juga mengambil ekonomi. Lalu ke Al-Azhar memperdalam studi Islam. Perjalanan hidupnya berbelok, ketika batal melanjutkan ke Manchester University karena Perang Teluk. Akhirnya, ia mendaftar ke International Islamic University Malaysia. Mengambil studi Banking and Finance & selesai pada 1992.

Syafii berkecimpung di perbankan syariah mulai tahun itu juga, saat bertemu delegasi Indonesia yang akan mendirikan bank syariah setelah melihat contoh bank syariah di Malaysia.

Kembali ke Indonesia, bergabung dengan Bank Muamalat. Bank dengan sistem syariah pertama di Indonesia. Dua tahun setelah itu, ia mendirikan Asuransi Takaful, lalu berturut-turut reksa dana syariah. Empat tahun membesarkan Bank Muamalat, ia mundur & mendirikan Tazkia Group, yang memiliki beberapa unit usaha dengan mengembangkan bisnis & ekonomi syariah.

Sebagai alumni pesantren, Syafii mengungkapkan ketidakyakinannya bahwa kurikulum pesantren bisa menghasilkan seseorang dengan mental teroris. "Apalagi pesantren tradisional atau salafi," katanya. 


Pada pesantren ini, tuntutan untuk tasawufnya cukup tinggi sehingga mereka menekankan pada akhlak & etika. "Bahkan saya melihat beberapa pesantren bisa terjerumus pada zuhud yang negatif & sangat berseberangan dengan apa yang saya dorong sekarang," katanya.

Begitu pula di beberapa pesantren modern & progresif seperti Gontor, Darunnajah, & lain-lain, pendekatan metode belajarnya sudah diperbarui. "Santrinya sudah menggunakan 2 bahasa asing & tidak terlalu terikat pada mazhab tertentu dari sisi fiqih & akidah."

Kemudian ada jenis pesantren lainnya, yaitu yang mencoba tidak hanya berkutat pada aspek teologi & teori, tapi mungkin mereka mencoba merespons tantangan modernisasi & westernisasi sebagai realisasi amar ma'ruf nahi munkar. 


"Kalau yang terakhir ini yang dikembangkan beberapa pesantren di Indonesia, tanpa saya berhak menyebut nama, mungkin itu bisa jadi yang paling dekat pada pergerakan-pergerakan yang lebih progresif," katanya. Toh, kalau pun ada tersangka teroris, itu tak bisa disebut mewakili pesantren & ajaran Islam.

Sebagai alumni pesantren, Syafii juga memiliki kritik terhadap pendidikan pesantren saat ini. "Saya lihat kurikulumnya harus ditinjau ulang," katanya. Ia mencontohkan kitab-kitab klasik yang diajarkan di pesantren. "Konteks & contohnya sudah sangat klasik & belum tentu selesai dipelajari dalam dua-tiga tahun," katanya. Ia mengimbau agar kurikulum pesantren memadatkan apa saja yang harus dipelajari santri. "Ada target yang harus dirancang untuk santri," katanya.

Selain itu, gaya belajar pesantren juga masih terpusat pada satu-dua kiai. "Tak ada regenerasi & tentu sangat berat bagi para kiai itu untuk mengajar sekian banyak santri," katanya. Karenanya, tak heran jika terdapat jarak yang jauh dalam penguasaan ilmu antara kiai & asistennya.

Syafii melihat para kiai ilmunya sangat banyak & ikhlas, tapi kurang responsnya terhadap masalah-masalah sosial, ekonomi, & kemasyarakatan. Dalam media apa pun, tulisan kiai sangat jarang sekali. 


Ketika muncul pemikiran frontal, mereka cenderung reaktif, bukan proaktif. "Seharusnya jika ada ide-ide jernih langsung dituliskan & disampaikan ke masyarakat," katanya. (dari berbagai sumber).

0 komentar:

Posting Komentar

hanya komentar yang baik, menyejukkan, mencerdaskan, menginspirasi