Senin, 05 Maret 2012

Iga Mawarni: Pendekatan Rasional


MALAM mulai turun di sebuah kamar kos di bilangan Depok, Jawa Barat, 1993. Seorang perempuan cantik, hatinya bergejolak. Malam itu, seorang mahasiswi Sastra Belanda UI, baru saja berdiskusi. Masing-masing mempertahankan pendapatnya. 

Sharing pendapat ini bukan hal baru dilakukan. Sering. Akhirnya, perdebatan itu menyisakan kepenasaran & melahirkan sebuah pemikiran logis. 


Di malam itulah, wanita bersuara merdu itu harus mengambil keputusan penting dalam hidupnya. Perempuan itu adalah penyanyi terkenal, Iga Mawarni. Putri kelahiran Bogor, berdarah Solo. 


Peta Bogor, Jawa Barat, Indonesia

Lagu ”Kasmaran” sempat melambungkan namanya, 1991. Tanpa dipengaruhi orang ketiga, penyanyi bersuara jezzi ini, memutuskan meninggalkan kepercayaan lamanya. Memeluk Islam dengan pendekatan rasional. Sepenuh hati, tanpa emosi sedikitpun. 


”Tidak ada pengalaman khusus yang saya temui untuk

pindah keyakinan ini.  Misalnya, mendengarkan azan sayup-sayup lalu hati saya bergetar. 

Bukan peristiwa itu. 

Keyakinan mengkristal justru berangkat dari lingkungan tempat saya tinggal. Sebagai anak kos, kami sering berdebat, ketika masih kuliah di UI,” cerita Iga mengenang masa lalunya, ketika dihubungi ”PR”, Rabu (13/10), yang tengah berlibur di Yogyakarta bersama anaknya Rajasa (3.5).

Setelah berikrar memeluk Islam, persoalanpun muncul, terutama dari keluarganya. 


”Tadinya saya tidak ingin terus terang, tetapi semakin saya tutupi, justru perasaan bersalah muncul,” desahnya. 

Keputusan untuk berterus terang kepada kedua orang tuanya itu, bukan tanpa risiko.

”Semua orang tua pasti tidak rela anaknya berkhianat terhadap agamanya. Saya memakluminya ketika ayah & ibu saya menjauhi saya. 

Saya harus kuat, Allah sedang menguji kekuatan saya saat itu. Dan saya berhasil menerima ujian itu,” kata Iga sedikit tersendat.

”Yang membuat terharu, ketika pikiran saya mengingat orang tua yang telah melahirkan. Begitu kuat rasa hormat itu muncul, tetapi di sisi lain saya seperti memperoleh kekuatan yang maha dahsyat untuk tetap bersikukuh. Berdiri berseberangan dalam menegakkan keyakinan. 

Tadinya ada keinginan, semoga apa yang telah saya lakukan ini ditiru lingkungan keluarga besarku di Solo, tetapi tentu itu tidak mudah, tetapi Alhamdulillah adik kandung saya, sejak 2 tahun silam telah mengikuti jejak, menjadi pengikut Muhammad saw.”, kisah pengagum Habibie ini bahagia.

Dianggap Tersesat

Konsekuensi memeluk Islam secara sadar, adalah perlakuan keluarga di Solo yang tidak ramah. Komunikasipun nyaris putus, bahkan suplai dana biaya hidup di Jakarta dihentikan.

Peta Solo, Jawa Tengah, Indonesia



”Padahal butuh biaya untuk kuliah, skripsi, & hidup. Tetapi Tuhan selalu memberi jalan pada umatnya. Saat itu saya terus berdoa, semoga diberi kekuatan. 

Maka timbul ide untuk bekerja secara part time di Jakarta. Tawaran nyanyi juga mengalir meski tidak gencar. Dari sana saya semakin meyakini kebenaran itu selalu ada”,  tegas Iga.

7 tahun, ia harus saling menjaga jarak dengan keluarga. Jika tidak dihadapi dengan kepala dingin, mungkin segalanya bisa porak poranda. Iga berhasil meredam semuanya tanpa gembar-gembor.

”7 tahun saya lewati hari-hari saling menjaga perasaan, tidak pernah ada rasa gentar, atau takut. Saya pernah dianggap anak tersesat oleh keluarga di Solo. 


Saya tetap menikmatinya sambil terus mempelajari kedalaman keyakinan saya lewat AlQuran, buku-buku penunjang lainnya, sehingga saya mengetahui mana yang menjadi larangan & mana yang dibolehkan,” terang Iga.

Dalam pencarian memahami Islam itulah, akhirnya ia dipertemukan dengan laki-laki yang menjadi suaminya sekarang. Charlie R. Arifin (pengusaha) yang satu ihwan.

”Saya bersyukur Tuhan mengutus laki-laki pendamping yang setia, saleh & punya masa depan. Saat itu semakin teguh keyakinan saya memeluk Islam secara tulus ihlas.”


Iga tak lagi sendiri mendirikan salat, atau berpuasa. Ia sudah menemukan imam dalam rumah tangganya. Bersama Charlie & Rajasa, buah kasih mereka, terkadang melakukan salat berjamaah di rumah. 


Bila bulan Ramadan tiba, mereka melaksanakan salat tarawih di masjid raya. Dipilihnya Masjid At-Tien TMII Jakarta Timur, sebagai tempat salat terdekat dari rumah tinggalnya, di kawasan Jakarta Timur.

”Saat puasa tiba, sebenarnya bukan hal asing bagi saya. Karena ketika masih menganut Nasrani, ada juga instruksi mendirikan puasa. 

Saya juga suka mela­kukan puasa, hanya caranya yang berbeda,” papar Iga yang mengaku semoga tahun ini ia bisa melaksanakan puasa tanpa kekalahan yang berarti & mendapat ampunan dosa-dosa dari Allah SWT. (Ratna Djuwita/”PR”-Journey to Islam;07 Nov 2004)
===
Petunjuk Yang Benar. Allah berfirman,
"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: 

"Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu." [2:120]

Petunjuk Allah. Allah berfirman,
"Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufik) siapa yang dikehendaki-Nya. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. 

Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikit pun tidak akan dianiaya (dirugikan)." [2:272]

Petunjuk Yang Diikuti. Allah berfirman,
"Dan Janganlah kamu percaya melainkan kepada orang yang mengikuti agamamu. Katakanlah: 

"Sesungguhnya petunjuk (yang harus diikuti) ialah petunjuk Allah, & janganlah kamu percaya) bahwa akan diberikan kepada seseorang seperti apa yang diberikan kepadamu, & jangan pula kamu percaya) bahwa mereka akan mengalahkan hujjahmu di sisi Tuhanmu". 

Katakanlah: "Sesungguhnya karunia itu di tangan Allah, Allah memberikan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya; & Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui";" [3:73]

Memberi Petunjuk. Allah berfirman,
"Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. 

Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan." [6:88]




0 komentar:

Posting Komentar

hanya komentar yang baik, menyejukkan, mencerdaskan, menginspirasi