Rabu, 25 Desember 2013

Cat Stevens menjadi Yusuf Islam

[DQ SSugema; https://id-id.facebook.com/notes/renungan-n-kisah-inspiratif]

Nama aslinya, Steven Demetre Georgiou. Ayahnya Siprus keturunan Yunani, Stavros Georgiou. Ibunya dari Swedia, Ingrid Wickman.

Aku  lahir di London, 21 Juli 1948. Aku dilahirkan di era televisi & angkasa luar. Aku dilahirkan di era teknologi mencapai puncaknya di negara yang terkenal dengan peradabannya, Inggris.

[google.com]
Aku tumbuh dalam masyarakat tersebut & belajar di sekolah Katholik yang mengajarkan agama Nasrani sebagai jalan hidup & kepercayaan. Dari sini aku mengetahui Allah, al-Masih ‘Alaihis-salaam & taqdir, yang baik maupun yang buruk.”

“Mereka banyak memberitahuku tentang Allah, sedikit tentang al-Masih & lebih sedikit lagi tentang Ruhul Qudus (Jibril).”

“Kehidupan di sekelilingku adalah kehidupan materi. Paham materialis gencar diserukan berbagai media informasi. Mereka mengajarkan, kekayaan adalah kekayaan harta benda yang sesungguhnya, & kefakiran adalah ketiadaan harta benda secara hakiki. Amerika adalah contoh negara kaya & negara-negara dunia ketiga adalah contoh kemiskinan, kelaparan, kebodohan, & kepapaan.


Karena itu, aku harus memilih & meniti jalan kekayaan, supaya aku bisa hidup bahagia; supaya aku dapat kenikmatan hidup. Karena itu, aku membangun falsafah hidup bahwa dunia tidaklah ada kaitannya dengan agama. Falsafah inilah yang aku jalani, agar aku mendapatkan kebahagiaan jiwa.”

“Lalu, aku mulai melihat sarana meraih kesuksesan. Dan, cara yang paling mudah menurutku adalah dengan membeli gitar, mengarang lagu, & menyanyikannya sendiri. Aku lalu tampil di hadapan mereka. Inilah yang benar-benar aku lakukan dengan membawa nama “Cat Stevens”.

Dan tidak berapa lama, yakni ketika aku berusia 18, aku telah menyelesaikan rekaman dalam 8 kaset. Setelah itu banyak sekali tawaran. Dan aku pun bisa mengumpulkan uang yang banyak. Di samping itu, pamorku pun mencapai puncak.”

“Ketika berada di puncak ketenaran, aku melihat ke bawah. Aku takut jatuh! Aku dihantui kegelisahan. Akhirnya, aku mulai minum minuman keras 1 botol setiap hari, supaya memotivasi keberanianku menyanyi. Aku merasa orang-orang di sekelilingku berpura-pura puas. Padahal, dari wajah mereka, tak seorang pun tampak puas, kepuasan yang sesungguhnya.

Semuanya harus munafik, bahkan dalam jual beli & mencari sesuap nasi, bahkan dalam hidup! Aku merasa, ini adalah sesat. Dari sini, aku mulai membenci kehidupanku sendiri. Aku menghindar dari orang banyak. Aku lalu jatuh sakit. Aku kemudian diopname di rumah sakit karena paru-paru. Ketika di rumah sakit kondisiku lebih baik karena mengajakku berpikir.”

[google.com]
Saat itulah mempunyai kesempatan merenung. Hingga aku temui, bahwa diriku hanya sepotong jasad. Apa yang selama ini aku lakukan, hanya untuk memenuhi kebutuhan jasad. Aku menilai bahwa sakit yang aku derita, merupakan cobaan ilahi & kesempatan membuka mataku.

Mengapa aku berada disini? Apa yang aku lakukan dalam kehidupan ini? Sejak saat itulah pengembaraan & pencarian kebenaran ia jalani. Keyakinan yang selama ini dipegang, belum mampu membasuh dahaga spiritualnya.

Setelah sembuh, aku mulai banyak memperhatikan & membaca seputar permasalahan ini. Aku membuat beberapa kesimpulan. Intinya, manusia terdiri dari ruh & jasad. Alam ini pasti mempunyai Ilah.

Aku kembali ke musik. Namun dengan gaya musik yang berbeda. Aku menciptakan lagu-lagu yang berisikan cara mengenal Allah. Ide ini malah membuat diriku semakin terkenal & keuntungan pun semakin banyak. Aku terus mencari kebenaran dengan ikhlas & tetap berada di dalam lingkungan para artis.

“Aku memiliki iman kepada Allah. Tetapi, gereja belum mengenalkanku siapakah Tuhan itu & aku tak mampu sampai pada hakikat Tuhan sebagaimana yang dibicarakan gereja! Pikiranku buntu. Maka, aku memulai berpikir tentang jalan hidup yang baru.

Beberapa ajaran Timur ia pelajari & coba mendalaminya. Demi dahaganya ini juga yang membawanya pada ajaran klenik Timur.

“Aku tidak puas berpangku tangan, duduk dengan pikiran kosong. Aku mulai berpikir & mencari kebahagiaan yang tidak kudapatkan dalam kekayaan, ketenaran, puncak karir maupun di gereja. Maka aku mulai mengetuk pintu Budha & falsafah China.

[google.com]
Aku pun mempelajarinya. Aku mengira, kebahagiaan adalah dengan mencari berita apa yang akan terjadi di hari esok. Sehingga kita bisa menghindari keburukannya. Aku berubah menjadi penganut paham Qadariyyah. Aku percaya dengan bintang-bintang, mencari berita apa yang akan terjadi. Tetapi, semua itu ternyata keliru.

Aku lalu pindah kepada ajaran komunis. Aku mengira bahwa kebajikan adalah dengan membagi kekayaan alam ini kepada setiap manusia. Tetapi, aku merasa bahwa ajaran komunis tidak sesuai fitrah manusia. Sebab, keadilan adalah engkau mendapat sesuai apa yang telah engkau usahakan, & ia tidak lari ke kantong orang lain.”

“Lalu, aku berpaling pada obat-obat penenang. Agar aku memutuskan mata rantai berbagai pikiran & kebimbangan yang menyesakkan. Setelah itu, aku mengetahui bahwa tidak ada akidah yang bisa memberikan jawaban kepadaku. Yang bisa menjelaskan kepadaku hakikat yang sedang aku cari. Aku putus asa.

Aku memiliki buku-buku tentang akidah & masalah ketimuran. Aku mencari tentang Islam & hakikatnya. Dan seperti ada perasaan, aku harus menuju pada titik tujuan tertentu, tetapi aku tidak tahu keberadaan & pengertiannya.”

Ketika itu, aku belum mengetahui Islam sama sekali. Maka aku tetap pada keyakinanku semula. Pada pemahamanku yang pertama, yang aku pelajari dari gereja. Aku menyimpulkan, bahwa kepercayaan-kepercayaan yang aku pelajari itu adalah keliru. Dan bahwa gereja sedikit lebih baik daripadanya.

Aku kembali lagi kepada gereja. Aku kembali mengarang musik seperti semula. Dan aku merasa, Kristen adalah agamaku. Aku berusaha ikhlas demi agamaku. Aku berusaha mengarang lagu-lagu dengan baik. Aku berangkat dari pemikiran Barat yang bergantung pada ajaran-ajaran gereja. Yakni, ajaran yang memberikan inspirasi kepada manusia, bahwa dia akan sempurna seperti Tuhan jika ia melakukan pekerjaannya dengan baik serta ia mencintai & ikhlas terhadap pekerjaannya.”

Suatu hari temanku Nasrani melawat ke masjidil Aqsha. Ketika kembali, ia menceritakan kepadaku ada suatu keanehan yang ia rasakan di saat melawat masjid tersebut. Ia dapat merasakan adanya kehidupan ruhani & ketenangan jiwa di dalamnya.

Hal ini berbeda dengan gereja, walau dipadati orang banyak, namun ia merasakan kehampaan di dalamnya. Ini semua mendorongnya membeli al-Qur'an terjemahan. Ingin mengetahui, bagaimana tanggapanku terhadap al-Qur'an. 

“Pada tahun 1975 terjadi suatu yang luar biasa, ketika saudara kandungku tertua (David) memberiku sebuah hadiah berupa 1 mushaf Al-Quran dari sebuah pameran di London.

Walau kakak bukan seorang Muslim, tetapi mengenal Islam di Jerusalem ketika ke sana & tinggal setahun. Mushaf itu masih tetap bersamaku, sampai aku mengunjungi al-Quds Palestina.

[google.com]
Setelah kunjungan tersebut, aku mulai mempelajari kitab yang dihadiahkan itu. Suatu kitab, yang aku tidak mengetahui apa isi di dalamnya. Juga, tak mengetahui apa yang dibicarakannya. Lalu aku mencari terjemahan Al-Quran al-Karim, setelah mengunjungi al-Quds.

Pertama kalinya, melalui Al-Quran, aku berpikir tentang apa itu Islam. Islam, menurut pandangan Barat adalah agama yang fanatik & sektarian. Dan umat Islam itu sama saja. Mereka adalah orang-orang asing, baik Arab maupun Turki.

Kedua orang tua berdarah Yunani. Dan orang Yunani sangat benci kepada orang Turki Muslim. Karena itu, seyogyanya aku membenci Al-Quran, yang merupakan agama & pedoman orang-orang Turki, sebagai dendam warisan. Tetapi, aku memandang, aku harus mempelajarinya (terjemahannya). Tidak mengapa aku mengetahui isinya.”

Ketika membaca al-Qur'an, aku dapati al-Qur'an mengandung jawaban atas semua persoalanku. Siapa aku ini? Dari mana aku datang? Apa tujuan sebuah kehidupan?

Aku baca al-Qur'an berulang-ulang & aku merasa sangat kagum terhadap tujuan dakwah agama ini. Yang mengajak menggunakan akal sehat, dorongan berakhlak mulia & akupun mulai merasakan keagungan Sang Pencipta.

“Sejak pertama, Al-Quran dimulai dengan Bismillah (dengan nama Allah). Bukan selain Allah. Dan ungkapan Bismillahirrahmanirrahiim begitu berpengaruh dalam jiwaku. Lalu surat al-Fatihah itu berlanjut dengan Faatihatul Kitab, Alhamdulillahi rabbil ‘alamiin. Segala puji milik Allah Sang Pencipta sekalian alam, & Tuhan segenap makhluk.

Sampai waktu itu, pemikiran saya tentang Tuhan begitu lemah tak berdaya. Mereka mengatakan kepadaku, ‘Sesungguhnya Allah adalah Maha Esa, tetapi terbagi menjadi 3 dzat! Bagaimana? Saya tidak mengerti’!”

“Dan, mereka mengatakan kepadaku, “Sesungguhnya Tuhan kita bukanlah Tuhannya orang Yahudi.”

Al-Quran, ia mulai dengan beribadah kepada Allah Yang Maha Esa. Tuhan segenap alam semesta. Al-Quran menegaskan keesaan Sang Pencipta. Dia tidak memiliki sekutu yang berbagi kekuasaan dengan-Nya.

Ini adalah pemahaman baru bagiku. Sebelumnya, sebelum mengetahui Al-Quran, aku hanya mengetahui adanya pemahaman kesesuaian & kekuatan yang mampu mengalahkan mu’jizat. Adapun sekarang, dengan pemahaman Islam, aku mengetahui bahwa hanya Allah semata yang mampu & Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

“Hal itu masih dibarengi dengan keimanan terhadap hari akhir & bahwa kehidupan akhirat itu abadi. Jadi, tidaklah manusia itu dari segumpal daging kemudian berubah setiap hari kemudian menjadi debu, sebagaimana yang dikatakan ahli biologi.

Sebaliknya, apa yang kita lakukan dalam kehidupan dunia ini, sangat menentukan keadaan yang akan terjadi di akhirat nanti. Al-Quran-lah yang menyeruku kepada Islam. Maka aku pun memenuhi seruannya. Adapun gereja yang menghancurkanku & membuatku lelah & letih, maka dialah yang mengantarkanku kepada Al-Quran. Yakni, ketika aku tidak mampu menjawab berbagai pertanyaan jiwa & kalbuku.”

“Di dalam Al-Quran aku melihat sesuatu yang asing. Ia tidak sama dengan kitab-kitab lain. Ia tidak mengandung beberapa bagian atau sifat-sifat yang ada dalam kitab-kitab agama lain yang telah kubaca.

Di sampul Al-Quran juga aku tidak mendapatkan nama pengarangnya. Karena itu, aku yakin betul dengan makna wahyu yang Allah wahyukan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diutus-Nya. Kini aku telah memahami dengan jelas betul perbedaan Al-Quran dengan Injil yang ditulis oleh tangan-tangan pengarang yang berbeda-beda. Sehingga melahirkan kisah-kisah yang bertentangan.

Aku berusaha mencari kesalahan dalam Al-Quran, tetapi aku tidak menemukannya. Semua isi Al-Quran, sesuai pemikiran keesaan Allah yang murni. Dari sini, aku mulai mengenal tentang apa itu Islam.”

“Al-Quran, bukanlah satu-satunya risalah. Di dalam Al-Quran didapatkan nama-nama semua nabi yang dimuliakan Allah. Al-Quran tidak membeda-bedakan antara 1 dengan yang lainnya. Teori ini sangat logis. Sebab, jika anda beriman kepada seorang nabi & tidak kepada yang lainnya, berarti anda telah mengingkari & menghancurkan kesatuan risalah.

Sejak itu, aku memahami bagaimana berantainya risalah sejak awal penciptaan manusia. Dan bahwa manusia sepanjang sejarah selalu terdiri dari 2 barisan: mu’min & kafir. Al-Quran telah menjawab semua hal yang kupertanyakan. Dengan demikian, aku merasa bahagia. Kebahagiaan mendapatkan kebenaran.”

“Aku mulai membaca Al-Quran semuanya, sepanjang 1 tahun penuh. Aku mulai menerapkan pemahaman yang aku baca dari Al-Quran. Saat itu aku merasa, akulah satu-satunya muslim di muka bumi ini. Lalu aku berpikir bagaimana aku menjadi muslim yang sesungguhnya. Maka aku pergi ke masjid London & aku mengumumkan keislamanku. Aku mengatakan, ‘Asyhadu anlaa ilaaha illallaah wa asyhadu anna Muhammadan rasuulullaah’.”

“Ketika itu, aku yakin bahwa Islam yang kupeluk adalah risalah yang berat. Bukan pekerjaan yang selesai dengan sekedar mengucapkan 2 kalimat syahadat. Aku telah dilahirkan kembali. Dan aku telah mengetahui ke mana aku berjalan bersama saudara-saudara muslimku lainnya.

[google.com]
Sebelumnya, aku sama sekali tidak pernah menemui salah seorang dari mereka. Seandainya pun ada seorang muslim yang menemuiku & mengajakku kepada Islam, tentu aku menolak ajakkannya. Karena keadaan umat Islam yang diremehkan & diolok-olok oleh media informasi Barat. Bahkan, media umat Islam sendiri sering mengolok-olok hakikat Islam.

Mereka justru sering mendukung berbagai kedustaan & kebohongan yang dilontarkan musuh-musuh Islam, padahal mereka ini tidak mampu memperbaiki bangsa mereka sendiri yang kini telah dihancurkan oleh penyakit-penyakit akhlak, sosial, & sebagainya.”

“Aku telah mempelajari Islam dari sumbernya yang utama, Al-Quran. Selanjutnya, aku mempelajari sejarah hidup (sirah) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bagaimana beliau dengan perilaku & sunnahnya mengajarkan Islam kepada umat Islam. Aku lalu mengetahui kekayaan yang agung dari kehidupan & sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Aku sudah lupa musik. Aku bertanya kepada kawan-kawanku, “Apa aku mesti melanjutkan karir musikku?” Mereka menasihatiku agar aku berhenti, sebab musik akan melalaikan dari mengingat Allah. Dan itu bahaya besar.

Aku menyaksikan pemuda-pemudi yang meninggalkan keluarga mereka & hidup di tengah-tengah musik & lagu. Ini adalah sesuatu yang tidak diridhai oleh Islam, yang menganjurkan dibangunnya generasi-generasi tangguh.”

Semakin kuat perasaan ini muncul dari jiwaku. Membuat perasaan bangga terhadap diriku sendiri semakin kecil & rasa butuh terhadap Ilah Yang Maha Berkuasa atas segalanya, semakin besar di dalam relung jiwaku yang terdalam.

Pada Jum'at, aku bertekad menyatukan akal & pikiranku yang baru tersebut dengan segala perbuatanku. Aku harus menentukan tujuan hidup. Lantas aku melangkah menuju masjid & mengumumkan keislamanku.

Aku mencapai puncak ketenangan di saat mengetahui, bahwa aku dapat bermunajat langsung dengan Rabbku melalui ibadah shalat. Berbeda dengan agama-agama lain yang harus melalui perantara."

----------
Kami tidak membeda-bedakan. Allah berfirman, "Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah & apa yang diturunkan kepada kami, & apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub & anak cucunya, & apa yang diberikan kepada Musa & Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka & kami hanya tunduk patuh kepada-Nya"." [2:136]
"Katakanlah: "Kami beriman kepada Allah & kepada apa yang diturunkan kepada kami & yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub, & anak-anaknya, & apa yang diberikan kepada Musa, `Isa & para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka & hanya kepada-Nya-lah kami menyerahkan diri."" [3:84]
Cahaya Tuhan. Allah berfirman, "Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata." [39:22]
Hanya Allah pemberi petunjuk. Allah berfirman, "Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufik) siapa yang dikehendaki-Nya. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. 
Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikit pun tidak akan dianiaya (dirugikan)." [2:272]
Dia melapangkan dadanya memeluk Islam. Allah berfirman, "Barang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barang siapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman. [6:125]

0 komentar:

Posting Komentar

hanya komentar yang baik, menyejukkan, mencerdaskan, menginspirasi