Kamis, 30 Januari 2014

Abu Ubaidah bin Jarrah, Orang Kuat yang Terpercaya


Nama lengkapnya Amir bin Abdullah bin Jarrah Al-Fihry Al-Quraiys. Lebih dikenal dengan Abu Ubaidah bin Jarrah. Wajahnya selalu berseri. Matanya bersinar, ramah kepada semua orang. Sehingga, mereka simpati kepadanya. Di samping sifatnya yang lemah lembut, dia sangat tawadhu & pemalu. Tapi bila menghadapi suatu urusan penting, sangat cekatan bagai singa jantan. 
Abdullah bin Umar pernah berkata tentang orang-orang yang mulia.
"Ada tiga orang Quraiys yang sangat cemerlang wajahnya, tinggi akhlaknya & sangat pemalu. Bila berbicara mereka tidak pernah dusta. Dan apabila orang berbicara, mereka tidak cepat-cepat mendustakan. Mereka itu adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq, Utsman bin Affan, & Abu Ubaidah bin Jarrah."
Abu Ubaidah termasuk kelompok pertama sahabat yang masuk Islam. Dia masuk Islam atas ajakan Abu Bakar Ash-Shiddiq. Sehari setelah Abu Bakar masuk Islam. Waktu menemui Rasulullah SAW, dia bersama-sama dengan Abdurrahman bin Auf, Utsman bin Mazh'un & Arqam bin Abi Arqam untuk mengucapkan syahadat di hadapan beliau. Oleh sebab itu, mereka tercatat sebagai pilar pertama dalam pembangunan mahligai Islam yang agung & indah.

Dalam kehidupannya sebagai Muslim, Abu Ubaidah mengalami masa penindasan yang kejam dari Quraiys Makkah. Sejak permulaan, hingga akhir. Dia turut menderita bersama kaum Muslimin lainnya. Walau demikian, ia tetap teguh menerima segala macam cobaan. Setia membela Rasulullah SAW dalam tiap situasi & kondisi apa pun.

Dalam Perang Badar, Abu Ubaidah berhasil menyusup ke barisan musuh tanpa takut mati. Namun tentara berkuda kaum musyrikin menghadang & mengejarnya. Kemana pun ia lari, tentara itu terus mengejarnya dengan beringas. Abu Ubaidah menghindar & menjauhkan diri untuk bertarung dengan pengejarnya. Ketika si pengejar bertambah dekat, & merasa posisinya strategis, Abu Ubaidah mengayunkan pedang ke arah kepala lawan. Lawan tewas seketika dengan kepala terbelah.

Siapakah lawan Abu Ubaidah yang sangat beringas itu? Tak lain adalah Abdullah bin Jarrah. Ayah kandungnya sendiri! Abu Ubaidah tidak membunuh ayahnya. Tapi membunuh kemusyrikan yang bersarang dalam pribadi ayahnya.

Berkenaan dengan kasus Abu Ubaidah ini, Allah SWT berfirman: 
"Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah & hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah & Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka & menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya.

Dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, & merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung." (QS Al-Mujaadalah: 23)
Ayat di atas tidak membuat Abu Ubaidah besar kepala & membusungkan dada. Bahkan menambah kokoh imannya kepada Allah & ketulusannya terhadap agama-Nya. Orang yang mendapatkan gelar "kepercayaan umat Muhammad" ini ternyata menarik perhatian orang-orang besar. Bagaikan magnet menarik logam di sekitarnya.

Suatu ketika, utusan kaum Nasrani datang menghadap Rasulullah seraya berkata, "Wahai Abu Qasim, kirimlah kepada kami seorang sahabat anda yang pintar menjadi hakim tentang harta yang menyebabkan kami berselisih sesama kami. Kami senang menerima putusan yang ditetapkan kaum Muslimin."

"Datanglah sore nanti, saya akan mengirimkan kepada kalian 'orang kuat yang terpercaya'," kata Rasulullah SAW.

Umar bin Al-Khathab berujar, "Aku ingin tugas itu tidak diserahkan kepada orang lain, karena aku ingin mendapatkan gelar 'orang kuat yang terpercaya'."

Selesai shalat, Rasulullah menengok ke kanan & ke kiri. Umar sengaja menonjolkan diri agar dilihat Rasulullah. Namun beliau tidak menunjuknya. Ketika melihat Abu Ubaidah, beliau memanggilnya & berkata,

"Pergilah kau bersama mereka. Adili dengan baik perkara yang mereka perselisihkan!"

Abu Ubaidah berangkat bersama para utusan tersebut dengan menyandang gelar "orang kuat yang terpercaya".

Abu Ubaidah selalu mengikuti Rasulullah berperang dalam tiap peperangan yang beliau pimpin, hingga beliau wafat.

Dalam musyawarah pemilihan khalifah yang pertama (Al-Yaum Ats-Tsaqifah), Umar bin Al-Khathab mengulurkan tangannya kepada Abu Ubaidah seraya berkata,

"Aku memilihmu & bersumpah setia, karena aku pernah mendengar Rasulullah bersabda, 'Sesungguhnya tiap-tiap umat mempunyai orang kepercayaan. Dan orang paling dipercaya dari umat ini adalah engkau."

Abu Ubaidah menjawab,

"Aku tidak mau mendahului orang yang pernah disuruh Rasulullah untuk mengimami kita shalat sewaktu beliau hidup—Abu Bakar Ash-Shiddiq. Walaupun sekarang beliau telah wafat, marilah kita imamkan juga dia."

Akhirnya, mereka sepakat memilih Abu Bakar menjadi khalifah pertama. Abu Ubaidah diangkat menjadi penasihat & pembantu utama khalifah.

Setelah Abu Bakar wafat, jabatan khalifah pindah ke tangan Umar bin Al-Khathab. Abu Ubaidah selalu dekat dengan Umar & tidak pernah menolak perintahnya. Pada masa pemerintahan Umar, Abu Ubaidah memimpin tentara Muslimin menaklukkan wilayah Syam (Suriah). Dia berhasil memperoleh kemenangan berturut-turut. Sehingga, seluruh wilayah Syam takluk di bawah kekuasaan Islam. Dari tepi sungai Furat di sebelah timur hingga Asia kecil di sebelah utara.

Abu Ubaidah meninggal dunia karena penyakit menular yang mewabah di Syam. Menjelang wafatnya, ia berwasiat kepada seluruh prajuritnya,

"Aku berwasiat kepada kalian. Jika wasiat ini kalian terima & laksanakan, kalian tidak akan sesat dari jalan yang baik, & senantiasa dalam keadaan bahagia. Tetaplah kalian menegakkan shalat, berpuasa Ramadhan, membayar zakat, & menunaikan haji & umrah.

Hendaklah kalian saling menasihati sesama kalian, nasihati pemerintah kalian, & jangan biarkan mereka tersesat. Dan janganlah kalian tergoda oleh dunia. Walaupun seseorang berusia panjang hingga seribu tahun, dia pasti akan menjumpai kematian seperti yang kalian saksikan ini."

Kemudian dia menoleh kepada Mu'adz bin Jabal, "Wahai Muadz, sekarang kau yang menjadi imam (panglima)!"

Tak lama kemudian, ruhnya meninggalkan jasad. Menjumpai Tuhannya. 
[14010188; repubika.co.id]
==========
Baca juga:
  1.  Abu Ubaidah bin Jarrah ra. Masuk Islam
  2. Abu Ubaidah ibnul Jarrah

1 komentar:

  1. kisah yg bagus, para sahabat tulus berjuang di jln Allah. sekarang??!!

    BalasHapus

hanya komentar yang baik, menyejukkan, mencerdaskan, menginspirasi