Sabtu, 18 Januari 2014

Stephen Schwartz ‘Jurnalis Amerika’ bersyahadat di Bosnia

Pria yang lahir di Columbus, Ohio ini dikenal sebagai wartawan & kerap mengkritik Bush. Kini ia Islam & rajin shalat.

Stephen Schwartz lahir di Columbus, Ohio 1948. Lebih dari separuh hidupnya berkarir sebagai wartawan & penulis. Stephen kenal Islam & bersyahadah ketika bertugas sebagai reporter di Bosnia.


Setelah Islam, mantan wartawan senior San Francisco Chronicle ini kerap mengkritik pemerintahan Bush yang sering mengidentikkan teroris dengan Islam. Artikel-artikel kontroversialnya muncul di sejumlah koran ternama seperti The New York Times, The Wall Street Journal, The Los Angeles Times, & The Toronto Globe and Mail. Stephen juga kontributor tetap untuk The Weekly Standard, The New York Post & Reforma di Mexico City.

Berikut kisah pria yang tertarik kehidupan sufi dalam Islam & ketika di Bosnia aktif mengikuti kegiatan tarekat Naqshabandiah. Inilah beritanya.
000
Stephen Schwartz memeluk Islam di Bosnia pada 1997 atau di usianya yang ke-49. Sebelumnya, lebih dari 30 tahun lamanya, dia melakukan studi & menimba berbagai pengalaman hidup serta mempelajari sejarah agama samawi. Bagaimana ceritanya hingga dia terkesan dengan agama Islam?

"Aku tertarik dengan Islam sejak 1990 saat ke Bosnia untuk studi tentang sejarah Yahudi di Balkan. Aku butuh data itu untuk mengisi kolom rutin di jurnal Jewish Forward. Nah dalam penelitian itu, aku sempat menjalin kontak dengan tokoh-tokoh Islam Balkan," kisah Stephen.

Dia mengaku berasal dari keluarga "agamis". "Aku dibesarkan dalam lingkungan yang benar-benar ekstrem bagi kebanyakan orang Amerika. Ayahku Yahudi taat. Ibuku anak tokoh kelompok Protestan fundamentalis. Dia sangat paham Bibel, Kitab Perjanjian Lama & Baru," kata pria yang menambah Suleiman Ahmad di depan namanya selepas memeluk Islam.

Stephen pertama kali bersentuhan dengan agama tatkala ikut kegiatan gereja Katolik. Saat itu, belum memutuskan ikut ajaran itu. Sempat tertarik dengan sejumlah literatur kebatinan dalam ajaran Katolik. Keingintahuannya membuat dia melakukan sejumlah studi & riset mendalam, hingga ke negeri matador Spanyol.

Riset di Spanyol
Di awal penelitiannya, Stephen mengamati bahwa di balik kejayaan Katolik Spanyol ternyata terdapat pengaruh kuat sejarah Islam kala berkuasa di Spanyol. Dia mengaku takjub & terinspirasi dengan Islam yang masih bertahan dalam sejumlah tradisi di sana.

"Sebagai seorang penulis, aku meneliti fenomena ini selama bertahun-tahun. Mula-mula kupelajari sejarah itu melalui aneka karya sastra masa lampau yang menunjukkan pengaruh Islam di kawasan Iberia itu," ungkap dia.

Awal 1979, mulai mempelajari Kabbalah. Sebuah tradisi mistik bangsa Yahudi. "Nah, menariknya di dalam Kabbalah itu juga kudapati adanya pengaruh Islam," ujarnya yang meneliti Kabbalah hampir 20 tahun.

Kenal Islam di Bosnia
Selama meneliti Kabbalah, sempat melakukan perjalanan ke Bosnia dalam kapasitasnya sebagai seorang reporter.

"Tahun 1990 untuk pertama kalinya aku bersentuhan secara langsung dengan Islam di Bosnia & untuk pertama kalinya pula aku mengunjungi sebuah mesjid di ibukota Sarajevo," kata dia.

"Perlahan, aku melihat Islamlah yang mampu menawarkan jalan "terdekat" untuk mendapatkan kasih sayang Allah," ujar pria yang juga aktif mengikuti tarekat Naqshabandiah kala di Bosnia.

Dia bertemu dengan Syekh Hisham, seorang guru tarekat Naqshabandi di sana. Hatinya benar-benar terkesan hingga dalam hitungan minggu diapun bersyahadah di negeri Balkan itu. "Aku bangga jadi orang Islam," aku dia.

Di Sarajevo, Stephen menemukan banyak hal yang mengesankan hatinya.

"Kutemukan sebuah pos terdepan Islam di Eropa, saat mana aku tidak merasa sebagai seorang asing di sana. Saat mana aku secara gampang bisa berjumpa & bergaul langsung dengan orang-orang Islam yang begitu ramah, demikian pula kalangan terdidiknya. Aku menemukan puisi & gubahan musik yang begitu indah, yang mengekspresikan nilai-nilai keagungan & kedamaian dalam Islam," ungkap dia dipenuhi rasa kagum.

"Aku telah temukan sebuah "taman tua" yang indah," ujar Stephen mengutip salah satu bait lagu Bosnia yang sangat terkenal yang berkisah tentang masa jaya Kekhalifahan Usmani di Balkan & kontribusinya terhadap budaya Islam.

Stephen juga membaca beberapa bagian dari Alquran & mengunjungi monumen-monumen Islam selama kunjungannya di Balkan.

"Aku layaknya kembali ke taman itu & akhirnya masuk ke dalamnya," ujar dia memberi ibarat. Ya, akhirnya dia memang memutuskan masuk Islam kala di Bosnia.

Takut timbul konflik
Sejak menerima Islam, Stephen sangat berhati-hati sekali dalam mengirim informasi keislamannya. Baik itu kepada keluarga, teman-temannya hingga para tetangga dekatnya.
"Aku tidak mau sembarangan memberikan info ini, takut nanti timbul konflik & kontroversi.. Aku juga tidak mau pengalaman ini dilihat atau dicap sebagai sesuatu yang bodoh atau picik. Ini bukan menyangkut diriku pribadi, tapi ini berkaitan dengan Allah. Aku ingin proses keislaman ini berada di jalan yang wajar. Hal ini semata-mata untuk kebaikan umat Islam & juga bagi terbentuknya hubungan persaudaraan Islam di dalam ikatan kalimat la ilaha illallah," tukas dia.

"Aku amati, adakalanya kalangan nonmuslim melihatku sebagai seorang muallaf baru yang terpengaruh oleh kehidupan di Balkan. Tapi aku segera meluruskan pendapat ini seraya menyebutkan bahwa aku suka Islam bukan karena terlibat politik atau alasan kemanusiaan, tapi murni semata-mata karena pesan indah yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah," kata dia lagi.

Damai dalam Islam
"Seperti telah kusebutkan di awal, aku menemukan bahwa hal-hal positif dalam agama samawi Yahudi & Nasrani. Nilai-nilai positif itu terefleksikan dalam ajaran Islam. Jadi, Islam datang menyempurnakan agama terdahulu," kata Stephen.

"Aku sangat yakin, tanpa adanya toleransi orang-orang Arab Spanyol dulu, terutama di saat Kekhalifahan Usmani masih berjaya, maka bangsa Yahudi telah lama hilang dari permukaan bumi ini. Halnya agama Yahudi hari ini, sangatlah jauh berbeda dengan ajaran mereka saat masih hidup berdampingan dengan orang-orang Islam dahulu," tegas Stephen.

"Setelah memeluk Islam, hal yang sangat berkesan bagiku adalah adanya kedamaian hati disertai kehadiran Allah di dalam setiap hal. Muncul perasaan lembut, sopan santun, sederhana & rasa ikhlas. Hidupku jadi mudah. Bahkan di saat aku ada masalah atau ujian dalam hidup ini," tutur Stephen yang sangat yakin jika nilai-nilai Islam itu akan mampu menyelesaikan aneka permasalahan di Amerika, terutama perkara krisis moral.

Kritik Bush
Begitulah. Saat ini Stephen Schwartz dipercaya sebagai Direktur Eksekutif Center for Islamic Pluralism yang didirikan pada 25 Maret 2005 & berpusat di Washington DC. Dia juga penulis buku best seller The Two Faces of Islam: Saudi Fundamentalism and Its Role In Terrorism.

Buku itu telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa. Dalam buku tersebut dia mengungkapkan rasa tak setujunya dengan cap Islam teroris & mengkritik secara terbuka pemerintahan Bush yang selalu mengidentikkan teroris dengan Arab. Akibat kritik tajamnya itu Stephen pun lantas dipecat dari posisinya sebagai penulis berita di media bergengsi Voice of America.

Begitupun, dalam beberapa hal, Stephen mengaku sangat sedih kala melihat konflik di Timur Tengah.

"Aku sering memimpikan adanya kedamaian & persahabatan antara Israel & Arab. Persis sepertimana di saat orang Yahudi bisa hidup damai di masa kepemimpinan orang Islam," kata pria yang di kala mudanya pernah terlibat dalam kelompok radikal sayap kiri itu.


--------- 
Isa al-Masih Nabi. Allah berfirman, “Berkata Isa: "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) & Dia menjadikan aku seorang nabi.” [19:30]

Kami tidak membeda-bedakan. Allah berfirman, "Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah & apa yang diturunkan kepada kami, & apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub & anak cucunya, & apa yang diberikan kepada Musa & Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka & kami hanya tunduk patuh kepada-Nya"." [2:136] 
Cahaya Tuhan. Allah berfirman, "Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata." [39:22] 
Melapangkan dada. Allah berfirman,  “Barang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barang siapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.” [6:125]

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur'an? Kalau kiranya Al Qur'an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.” [4:82] 
“(Al Qur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, & petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” [3:138] 
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu, (Muhammad dengan mukjizatnya) & telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Qur'an).” [4:174] 

“Sebenarnya, Al Qur'an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang dzalim.” [29:49]

0 komentar:

Posting Komentar

hanya komentar yang baik, menyejukkan, mencerdaskan, menginspirasi