Ketika bertemu, ia kaget melihat perubahan diriku & lantas bertanya-tanya tentang sebab keputusanku tersebut. Saat itulah, aku menggunakan kesempatan baru ini dengan penuh rasa percaya diri akan lebih mampu membuatnya puas & yakin sebab aku merasa pengetahuan agamaku pun sudah lebih luas dari sebelumnya.
Di samping nikmat yang Allah anugerahkan kepadaku, hingga dapat berkomitmen dengan ajaran agama-Nya.
Di samping nikmat yang Allah anugerahkan kepadaku, hingga dapat berkomitmen dengan ajaran agama-Nya.
Benar saja, kali ini amat banyak berbeda dengan masa lalu. Ia lebih memperhatikan & lebih khusyu’ mendengarkan.
Aku terus berbicara & berbicara. Lalu….tiba-tiba ia menangis terisak-isak! Rupanya selama perpisahan itu ia telah melalui hidup yang amat sulit & ditimpa berbagai masalah.
Aku terus berbicara & berbicara. Lalu….tiba-tiba ia menangis terisak-isak! Rupanya selama perpisahan itu ia telah melalui hidup yang amat sulit & ditimpa berbagai masalah.
Pada dasarnya, apa yang aku bicarakan hanya seputar Allah, dien, iman & kedamaian yang diberikan Islam. Sepertinya, ia tergerak melakukan sesuatu, tapi kemudian mengurungkannya.
Seakan aku telah berbicara kepadanya mengenai ‘pelabuhan aman’ yang ia dapatkan dirinya amat membutuhkannya namun ia tidak tahu bagaimana bisa sampai ke sana.
Seakan aku telah berbicara kepadanya mengenai ‘pelabuhan aman’ yang ia dapatkan dirinya amat membutuhkannya namun ia tidak tahu bagaimana bisa sampai ke sana.
Bahkan takut mengambil langkah. Kebingungannya semakin bertambah, khususnya penyebab permasalahan yang dialaminya adalah orang-orang yang selama ini mengatakan, mereka orang-orang Islam!
Kami pun kembali berpisah. Dan, tahun ini -setelah 2 tahun berlalu-, kami bertemu kembali saat kami akan menyelesaikan studi.
Tetapi bagiku, pertemuan kali ini adalah pertemuan yang amat menentukan, sebab ia akan mendiskusikan skripsi yang dibuatnya & akan menikah dengan seorang Muslim lalu bersama suaminya itu, nanti akan pergi ke negara selatan.
Pertemuanku dengannya ini barangkali yang terakhir kali & lamanya tidak akan lebih dari 3 minggu.
Tetapi bagiku, pertemuan kali ini adalah pertemuan yang amat menentukan, sebab ia akan mendiskusikan skripsi yang dibuatnya & akan menikah dengan seorang Muslim lalu bersama suaminya itu, nanti akan pergi ke negara selatan.
Pertemuanku dengannya ini barangkali yang terakhir kali & lamanya tidak akan lebih dari 3 minggu.
Aku berdoa kepada Allah SWT dengan segenap hati. Semoga Dia membukakan pintu hidayah untuknya. Ia seorang wanita yang pintar, lembut & memiliki sifat-sifat terpuji yang demikian banyak. Aku bertawakkal kepada Allah, Yang Maha Hidup lagi Maha Berkuasa, meminta taufiq dari-Nya.
Tatkala aku sudah berancang-ancang mendakwahinya kembali, terbersit di hatiku meminta bantuan salah seorang temanku di situs ‘islamway’. Ia seorang pemuda yang menyumbangkan kehidupannya mendakwahi orang-orang Rusia, ke dalam Islam.
Aku beritahukan kepadanya perihal kerumitan yang aku hadapi via internet & meminta nasehatnya karena menganggapnya lebih mengetahui kondisi orang-orang di kawasan tersebut. Aku jelaskan, waktuku sangat sempit sekali & aku sudah bertekad harus berhasil dalam misiku kali ini.
Lalu kami sepakat, melakukan beberapa langkah, terutama sekali, meyakinkan teman wanitaku tersebut agar tidak membanding-bandingkan Islam dengan kondisi sebagian umat Islam yang dilihatnya. Selanjutnya, menegaskan kepadanya agar mengenal Islam yang hakiki yang tidak tercemari oleh apa pun.
Dalam hal ini, aku disarankan agar mengenalkan kepada teman wanita itu beberapa situs dakwah berbahasa Rusia. Karena itu, aku harus mengirimkannya ke emailnya.
Untung saja, aku bertemu dengannya sebelum itu. Pertemuan itu adalah pertemuan yang hangat, sebab sebentar lagi kami akan berpisah untuk waktu yang lama.
Untung saja, aku bertemu dengannya sebelum itu. Pertemuan itu adalah pertemuan yang hangat, sebab sebentar lagi kami akan berpisah untuk waktu yang lama.
Persahabatan kami selama beberapa tahun berlalu dihiasi dengan rasa kasih sayang & kecintaan. Kami akhirnya bertukar cerita & pikiran. Kemudian aku bertanya kepadanya secara terus terang,
“Bagaimana kondisimu dengan Islam.?”
Ia tertawa seraya berkata,
“Kamu masih menyinggung masalah itu.?” “Aku tidak akan menyerah, mari kita selesaikan masalah yang masih mengganjal di antara kita, “ pintaku.
“Bagaimana kondisimu dengan Islam.?”
Ia tertawa seraya berkata,
“Kamu masih menyinggung masalah itu.?” “Aku tidak akan menyerah, mari kita selesaikan masalah yang masih mengganjal di antara kita, “ pintaku.
Kami mengambil tempat untuk duduk-duduk. Aku katakan kepadanya,
“Biarkan kita pecahkan kerumitan itu kali ini.!”
Akhirnya, kami berbicara tentang wujud Allah (Di saat-saat merasa dirinya tak berdaya, ia sering mengingkari wujud-Nya dengan alasan setiap ia berhajat kepada-Nya, tidak pernah doanya dikabulkan).
“Biarkan kita pecahkan kerumitan itu kali ini.!”
Akhirnya, kami berbicara tentang wujud Allah (Di saat-saat merasa dirinya tak berdaya, ia sering mengingkari wujud-Nya dengan alasan setiap ia berhajat kepada-Nya, tidak pernah doanya dikabulkan).
Kami kemudian sepakat atas masalah ‘wujud’ Allah ini. Aku berbicara lagi mengenai keberadaan dunia & akhirat serta tujuan keberadaan manusia, bahwa ia nantinya akan dihisab & juga tentang surga.
Namun betapa terkejutnya aku ketika ia menyeletuk,
“Kalau begitu, aku lebih memilih pergi ke neraka bersama bangsaku, orang-orang Rusia daripada harus pergi ke surga bersama mereka (maksudnya, kaum muslimin Rusia)!”
Namun betapa terkejutnya aku ketika ia menyeletuk,
“Kalau begitu, aku lebih memilih pergi ke neraka bersama bangsaku, orang-orang Rusia daripada harus pergi ke surga bersama mereka (maksudnya, kaum muslimin Rusia)!”
Baca sambungan kisah mualaf ini di:
0 komentar:
Posting Komentar
hanya komentar yang baik, menyejukkan, mencerdaskan, menginspirasi