Jumat, 13 Februari 2015

Kisah Aneh Pendeta Masuk Islam #1/2

Mungkin, kisah ini terasa sangat aneh bagi mereka yang belum pernah bertemu dengan orangnya atau langsung melihat & mendengar penuturannya. Kisah yang mungkin hanya terjadi dalam cerita fiktif, namun nyata.


Hal itu tergambar dengan kata-kata yang diucapkan si pemilik kisah, yang sedang duduk di hadapanku, mengisahkan dirinya. 

Untuk mengetahui kisahnya lebih lanjut & mengetahui kejadian-kejadian yang menarik secara komplit, biarkan aku menemanimu bersama-sama menatap ke arah Johannesburg

Kota bintang emas nan kaya di Afrika Selatan. Tempat aku pernah bertugas sebagai pimpinan cabang kantor Rabithah al-'Alam al-Islami di sana.

Peta Johannesburg Afrika Selatan

Pada tahun 1996, di sebuah negara yang sedang musim dingin, di siang hari yang mendung, diiringi hembusan angin dingin menusuk tulang, aku menunggu seseorang yang berjanji menemuiku. Istriku sudah mempersiapkan santapan siang, menjamu sang tamu yang terhormat.

Orang yang aku tunggu, dulunya mempunyai hubungan erat dengan Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela. Ia seorang misionaris penyebar & pendakwah agama Nasrani. 

Seorang pendeta, namanya ‘Sily.’ Aku dapat bertemu dengannya, melalui perantaraan sekretaris kantor Rabithah bernama Abdul Khaliq Matir. Saat ia mengabarkan kepadaku, seorang pendeta ingin datang ke kantor Rabithah hendak membicarakan perkara penting.

Tepat pada waktu yang telah dijanjikan, pendeta datang bersama temannya, Sulaiman. Sulaiman adalah salah seorang anggota sebuah sasana tinju. Setelah ia Islam, selepas bertanding dengan petinju muslim terkenal, Muhammad Ali.

Aku menyambut kedatangan mereka di kantorku, dengan perasaan sangat gembira. Sily berpostur tubuh pendek, berkulit sangat hitam & mudah tersenyum. Ia duduk di depanku & berbicara denganku dengan lemah lembut. Aku katakan, 

"Saudara Sily bolehkah kami mendengar kisah keislamanmu?" ia tersenyum & berkata, 

"Ya, tentu saja boleh."

=======

Sily berkata, 

"Dulu aku seorang pendeta yang sangat militan. Aku berkhidmat untuk gereja dengan segala kesungguhan. Tidak hanya sampai di situ, aku juga salah seorang aktifis kristenisasi senior di Afrika Selatan. 

Karena aktifitasku yang besar, Vatikan memilihku menjalankan program kristenisasi yang mereka subsidi. Aku mengambil dana Vatikan yang sampai kepadaku, menjalankan program tersebut.

Peta Vatikan, Roma, Italia

Aku mempergunakan segala cara mencapai targetku. Aku melakukan berbagai kunjungan rutin ke madrasah-madrasah, sekolah-sekolah yang terletak di kampung & di daerah pedalaman. 

Aku memberikan dana tersebut dalam bentuk sumbangan, pemberian, sedekah & hadiah agar dapat mencapai targetku. Memasukkan masyarakat ke dalam Kristen. 

Gereja melimpahkan dana tersebut kepadaku, sehingga aku menjadi seorang hartawan, mempunyai rumah mewah, mobil & gaji yang tinggi. Posisiku melejit di antara pendeta-pendeta lainnya.

Suatu hari, aku pergi ke pusat pasar di kotaku, membeli beberapa hadiah. Di tempat itulah bermula sebuah perubahan!

Di pasar itu aku bertemu seseorang yang memakai kopiah. Ia pedagang berbagai hadiah. Waktu itu aku mengenakan pakaian jubah pendeta berwarna putih, yang merupakan ciri khas kami. Aku mulai menawar harga yang disebutkan si penjual.
Dari sini aku mengetahui, ia seorang muslim. Kami menyebutkan agama Islam yang ada di Afrika Selatan dengan sebutan ‘agama orang Arab.’ 

Kami tidak menyebutnya Islam. Aku membeli berbagai hadiah yang aku inginkan. Sulit bagi kami menjerat orang-orang yang lurus & mereka yang konsiten dengan agamanya, sebagaimana yang telah berhasil kami tipu & kami kristenkan dari kalangan orang-orang Islam miskin di Afrika Selatan.

Si penjual muslim itu bertanya kepadaku, 

"Bukankah anda seorang pendeta?" Aku jawab, 

"Benar." 

Lantas ia bertanya kepadaku, 

"Siapa Tuhanmu?" Aku katakan, 

"Al-Masih." Ia kembali berkata, 

"Aku menantangmu, coba datangkan satu ayat di dalam Injil yang menyebutkan bahwa al-Masih AS berkata, 'Aku adalah Allah atau aku anak Allah. Maka sembahlah aku'."

Ucapan muslim tersebut bagaikan petir yang menyambar kepalaku. Aku tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut. 

Aku berusaha membuka-buka kembali catatanku & mencarinya di dalam kitab-kitab Injil & kitab Kristen lainnya, menemukan jawaban yang jelas terhadap pertanyaan lelaki tersebut. Namun, aku tidak menemukannya.

Tidak ada satu ayat pun yang menceritakan, al-Masih berkata ia Allah atau anak Allah. Lelaki itu telah menjatuhkan mentalku & menyulitkanku. 

Aku ditimpa sebuah bencana yang membuat dadaku sempit. Bagaimana mungkin pertanyaan seperti ini tidak pernah terlintas olehku? 

Lalu aku tinggalkan lelaki itu sambil menundukkan wajah. Ketika itu aku sadar bahwa aku telah berjalan jauh tanpa arah. Aku terus berusaha mencari ayat-ayat seperti ini, walau bagaimanapun rumitnya. Namun aku tetap tidak mampu, aku telah kalah.

Aku pergi ke Dewan Gereja & meminta para anggota dewan berkumpul. Mereka menyepakatinya. 

Pada pertemuan tersebut aku mengabarkan mereka, tentang apa yang telah aku dengar. Tetapi mereka malah menyerangku dengan ucapan, 

"Kamu telah ditipu orang Arab. Ia hanya ingin meyesatkanmu & memasukkan kamu ke dalam agama orang Arab."

Aku katakan, 

"Kalau begitu, coba beri jawabannya!" 

Mereka membantah pertanyaan seperti itu namun tak seorang pun yang mampu memberikan jawaban.

Pada hari Minggu, aku harus memberikan pidato & pelajaranku di gereja. Aku berdiri di depan orang banyak memberikan wejangan. Namun aku tidak sanggup melakukannya. 

Sementara para hadirin merasa aneh, karena aku berdiri di hadapan mereka tanpa mengucapkan sepatah katapun. Aku kembali masuk ke dalam gereja & meminta kepada temanku, agar menggantikan. Aku katakana, aku sedang sakit. Padahal jiwaku hancur luluh.

Aku pulang ke rumah dalam keadaan bingung & cemas. Lalu aku masuk & duduk di sebuah ruangan kecil. Sambil menangis aku menengadahkan pandanganku ke langit seraya berdoa. 

Namun kepada siapa aku berdoa. Kemudian aku berdoa kepada Dzat yang aku yakini bahwa Dia adalah Allah Sang Maha Pencipta,

"Ya Tuhanku... Wahai Dzat yang telah men-ciptakanku... sungguh telah tertutup semua pintu di hadapanku kecuali pintuMu... 

Janganlah Engkau halangi aku mengetahui kebenaran... manakah yang hak & di manakah kebenaran? 

Ya Tuhanku... jangan Engkau biarkan aku dalam kebimbangan... tunjukkan kepadaku jalan yang hak & bimbing aku ke jalan yang benar..." lantas akupun tertidur.

Di dalam tidur, aku melihat diriku sedang berada di sebuah ruangan yang sangat luas. Tidak ada seorang pun di dalamnya kecuali diriku. 

Tiba-tiba di tengah ruangan tersebut muncul seorang lelaki. Wajah orang itu tidak begitu jelas karena kilauan cahaya yang terpancar darinya & dari sekelilingnya. Namun aku yakin bahwa cahaya tersebut muncul dari orang tersebut.

Lelaki itu memberi isyarat kepadaku & memanggil, 

"Wahai Ibrahim!" 

Aku menoleh ingin mengetahui siapa Ibrahim, namun aku tidak menjumpai siapa pun di ruangan itu. Lelaki itu berkata, 

"Kamu Ibrahim... kamulah yang bernama Ibrahim. Bukankah engkau yang memohon petunjuk kepada Allah?" 

Aku jawab, 

"Benar" Ia berkata, 

"Lihat ke sebelah kananmu!" 

Maka akupun menoleh ke kanan & ternyata di sana ada sekelompok orang yang sedang memanggul barang-barang mereka dengan mengenakan pakaian putih & bersorban putih. 

“Ikutilah mereka agar engkau mengetahui kebenaran!" 

Lanjut lelaki itu.

Kemudian aku terbangun dari tidurku. Aku merasakan sebuah kegembiraan menyelimutiku. Namun aku belum juga memperoleh ketenangan ketika muncul pertanyaan, di mana gerangan kelompok yang aku lihat di dalam mimipiku itu berada.

Aku bertekad melanjutkannya, dengan berkelana mencari sebuah kebenaran. Sebagaimana ciri-ciri yang telah diisyaratkan mimpiku. Aku yakin ini semua petunjuk Allah SWT. 

Aku minta cuti kerja & mulai perjalanan panjang yang memaksaku berkeliling di beberapa kota mencari & bertanya di mana orang-orang yang memakai pakaian & sorban putih berada. Telah panjang perjalanan & pencarianku. 

Setiap aku menjumpai kaum muslimin, mereka hanya memakai celana panjang & kopiah. Hingga akhirnya aku sampai di kota Johannesburg.
============
Baca kelanjutan kisahnya di Kisah Aneh Pendeta Masuk Islam #2/2

0 komentar:

Posting Komentar

hanya komentar yang baik, menyejukkan, mencerdaskan, menginspirasi