Bab
1: Wajib Haji & Keutamaannya, & Firman Allah, "Mengerjakan haji
adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup
mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji),
maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta
alam."(Ali Imran: 97)
750. Abdullah bin
Abbas r.a. berkata, "Al-Fadhl bin Abbas mengiringi Rasulullah, lalu datang
seorang wanita dari Khats'am. Kemudian al-Fadhl melihat kepadanya & wanita
itu melihat Fadhl. Lalu, Nabi mengalihkan wajah al-Fadhl ke arah lain.
Wanita itu berkata, 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah mewajibkan hamba-Nya untuk haji. Ayahku terkena kewajiban itu, namun ia sudah tua bangka, tidak kuat duduk di atas kendaraan. Apakah saya menghajikannya?' Beliau menjawab, 'Ya.' Hal itu pada Haji Wada'."
Wanita itu berkata, 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah mewajibkan hamba-Nya untuk haji. Ayahku terkena kewajiban itu, namun ia sudah tua bangka, tidak kuat duduk di atas kendaraan. Apakah saya menghajikannya?' Beliau menjawab, 'Ya.' Hal itu pada Haji Wada'."
Bab
2: Firman Allah, "Niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki
& mengendarai unta kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh supaya
mereka mempersaksikan berbagai manfaat bagi mereka." (al-Hajj: 27-28)
751. Ibnu Umar r.a. berkata, "Saya melihat Rasulullah mengendarai kendaraannya di Dzul Hulaifah. Kemudian beliau membaca talbiyah dengan suara keras sehingga kendaraan itu berdiri tegak."
752. Jabir bin-Abdullah r.a. mengatakan bahwa Rasulullah memulai ihram dari Dzul Hulaifah. Yaitu, ketika beliau telah siap berada di atas kendaraan beliau. Diriwayatkan oleh Anas & Ibnu Abbas.[1]
Bab
3: Melakukan Haji dengan Naik Kendaraan
Umar r.a. berkata,
"Pergilah dengan berkendaraan untuk mengerjakan ibadah haji. Sebab,
sesungguhnya haji itu adalah salah satu dari dua macam jihad."[2]
753. Abu Tsumamah bin
Abdullah bin Anas berkata, "Anas menunaikan haji di atas kendaraan, &
ia itu bukan orang yang pelit. Ia menceritakan bahwa Rasulullah menunaikan haji
dengan naik kendaraan. Kendaraan itulah yang mengangkut beliau &
barang-barang beliau."
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan secara bersanad juga secara mu'allaq bagian dari hadits Aisyah yang tertera pada nomor 178 di muka.")
Bab 4: Keutamaan Haji Mabrur
754. Abu Hurairah
r.a. berkata, "Nabi ditanya, 'Amal apakah yang lebih utama?' Beliau
bersabda, 'Iman kepada Allah & Rasul-Nya.' Ditanyakan, 'Kemudian apa?' Beliau
bersabda, 'Berjuang di jalan Allah.' Ditanyakan, 'Kemudian apa?' Beliau
bersabda, 'Haji yang mabrur.'"
755. Aisyah Ummul Mukminin r.a. berkata, "Wahai Rasulullah, kami melihat bahwa jihad (berperang) itu seutama-utama amal, apakah kami tidak perlu berjihad?" Nabi saw. bersabda, 'Tidak, bagi kalian jihad yang paling utama adalah haji mabrur." (Dalam satu riwayat: Rasulullah ditanya oleh istri-istri beliau tentang haji, lalu beliau bersabda, "Sebaik-baik jihad adalah haji." 3/221)
756. Abu Hurairah r.a. berkata, "Saya mendengar Nabi bersabda, 'Barangsiapa yang haji (ke Baitullah 2/209) karena Allah, ia tidak berkata porno & tidak fasik (melanggar batas-batas syara'), maka ia pulang seperti hari ketika dilahirkan oleh ibunya.'"
Bab 5: Ketentuan Miqat-Miqat Ibadah Haji & Umrah
(Saya berkata,
"Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan sanadnya bagian dari
hadits Ibnu Umar yang tercantum pada nomor 88 di muka.")
Bab
6: Firman Allah, "Berbekallah, sesungguhnya sebaik-baiknya bekal adalah
takwa." (al-Baqarah: 197)
757. Ibnu Abbas r.a.
berkata, "Penduduk Yaman pergi haji & mereka tidak menyiapkan bekal
apa pun untuk perjalanan mereka. Bahkan, mereka berkata, 'Kita semua bertawakal
kepada Allah.' Apabila mereka telah tiba di Mekah, mereka meminta-minta kepada
orang banyak. Kemudian Allah menurunkan ayat yang berbunyi, 'Berbekallah, &
sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.'"
Bab 7: Tempat Ihram Penduduk Mekah Untuk Haji & Umrah
(Saya berkata,
"Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Ibnu Abbas
yang akan disebutkan sesudah bab berikut ini.")
Bab
8: Miqat Penduduk Madinah & Mereka Tidak Boleh Memulai Ihram Sebelum Berada
Di Dzul Hulaifah[3]
(Saya berkata,
"Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya bagian dari
hadits Ibnu Umar yang disebutkan pada dua bab sebelum ini.")
Bab
9: Permulaan Tempat Ihram Penduduk Syam
758. Ibnu Abbas r.a.
berkata, "Rasulullah telah menetapkan miqat (tempat mulai berihram haji
atau umrah), yaitu bagi orang Madinah di Dzul Hulaifah, bagi penduduk Syam dari
al-Juhfah, orang Najed dari Qarnul Manazil, orang Yaman dari Yalamlam, itu
semua bagi mereka & bagi orang-orang yang dari tempat-tempat itu walaupun
bukan penduduk tempat itu, yang akan ihram haji atau umrah. Adapun orang-orang
yang tempatnya lebih dekat ke Mekah dari tempat-tempat itu, maka ihramnya dari
tempat tinggalnya (dalam satu riwayat: dari mana saja ia datang). Begitulah,
sehingga penduduk Mekah berihram & talbiyah dari Mekah."
Bab
10: Permulaan Tempat Ihram Ahli Najed
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Ibnu Umar yang diisyaratkan di muka.")
Bab 11: Permulaan Tempat Ihram Orang yang Tidak Berada Pada Miqat-Miqat yang Tertentu
(Saya berkata,
"Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Ibnu Abbas
yang diisyaratkan di muka.")
Bab 12: Permulaan Tempat Ihram Penduduk Yaman
(Saya berkata,
"Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan hadits Ibnu Abbas yang
diisyaratkan di atas.")
Bab
13: Zatu Irqin Untuk Penduduk Irak
759. Ibnu Umar r.a..
berkata, "Setelah ke dua negeri ini (Kufah & Bashrah) dikalahkan
(menyerah), mereka datang kepada Umar & berkata, 'Wahai Amirul Mukminin,
sesungguhnya Rasulullah telah menentukan Qarn untuk tempat ihram orang-orang
dari Najed. Tetapi, Qarn itu menyimpang dari jalan kami. Sedangkan, kalau kami
pergi ke Qarn lebih dahulu, tentu akan menyulitkan bagi kami.' Umar berkata,
'Telitilah tempat yang sejajar dengan Qarn itu di jalan yang kamu lalui.' Maka,
ditetapkannya Zatu Irqin untuk mereka."
Bab 14: Keluarnya Nabi Melalui Jalan Syajarah
760. Abdullah bin Umar
r.a. mengatakan bahwa Rasulullah keluar dari jalan Syajarah & masuk dari
jalan Mu'arras. Sesungguhnya Rasulullah apabila berangkat ke Mekah, beliau
shalat di masjid Syajarah. Apabila beliau pulang, maka beliau shalat di Dzul
Hulaifah di Bathnul Wadi, & bermalam sehingga pagi.
Bab 15: Sabda Nabi , "Al-'aqiq Adalah Lembah yang Diberkahi."
761. Umar r.a.
berkata, "Saya mendengar Rasulullah di Wadil 'Aqiq bersabda, 'Tadi malam
datang kepadaku utusan dari Tuhanku, ia berkata, 'Shalat lah di lembah yang
diberkahi ini, & ucapkanlah, 'Umrah dalam (& dalam satu riwayat: &
8/155) haji (Ihram umrah & haji bersama-sama).'"
762. Musa bin Uqbah
dari Salim bin Abdullah (Ibnu Umar) dari ayahnya dari Nabi, bahwa ia berkata,
"Nabi pernah menerima wahyu ketika beliau sedang istirahat dalam suatu
perjalanan di perut lembah di Dzul Hulaifah. Diwahyukan kepada beliau,
'Sesungguhnya engkau sedang berada di Bath-ha' yang diberkahi.' Salim
menghentikan kami di tempat pemberhentian yang Abdullah pernah berhenti di
situ, mencari tempat berhentinya Rasulullah. Letaknya ialah di bagian bawah
dari masjid yang ada di pertengahan lembah yang ada antara mereka dengan jalan.
Yakni, pertengahan antara tempat yang disebutkan itu.
Bab
16: Membersihkan Wangi-Wangian dari Pakaian Sebanyak Tiga Kali
(Saya berkata,
"Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Ya'la yang
akan disebutkan pada "26-AL-UMRAH / 10'.")
Bab 17: Wangi-Wangian Ketika Ihram & Pakaian yang Dipakai Ketika Akan Berihram, Perihal Menyisir Rambut & Menggunakan Minyak
Ibnu Abbas r.a. berkata, "Orang yang sedang ihram boleh mencium wewangian, bercermin, & berobat dengan apa yang biasa ia makan seperti minyak & samin."[4]
Atha' berkata, "Boleh memakai cincin & mengenakan kain yang berkantong."[5]
Umar r.a. melakukan
thawaf ketika sedang ihram, sedangkan ia mengikat perutnya dengan kain.[6]
Aisyah r.a. tidak
menganggap bersalah terhadap orang-orang yang hanya mengenakan simpak (cawat)
ketika menjalankan sekedupnya.[7]
763. Manshur dari
Sa'id bin Jubair, berkata, "Ibnu Umar memakai minyak,[8]
lalu hal itu kuberitahukan kepada Ibrahim.[9]
Lalu, Ibrahim berkata, 'Jika engkau tidak menyetujui itu, maka bagaimanakah
pendapat engkau perihal ucapan Ibnu Umar yang menyatakan, 'Aku diberi tahu oleh
Aswad dari Aisyah, ia berkata, 'Seakan-akan aku dapat melihat (& dalam satu
riwayat: Aku mengenakan wewangian pada Rasulullah ketika beliau hendak ihram
7/61) (dengan parfum yang paling wangi yang beliau miliki, hingga aku dapati
7/60) mengkilatnya minyak wangi pada dahi Nabi (& jenggotnya) ketika beliau
berihram.'"
764. Abdur Rahman ibnul-Qasim (orang yang paling utama pada zamannya 2/195) dari ayahnya (orang yang paling utama pada zamannya) Aisyah istri Nabi, ia berkata, "Saya mengenakan minyak wangi kepada Rasulullah (& dia membentangkan kedua tangannya), (dengan kedua tanganku ini) (dengan suatu jenis harum-haruman pada waktu haji wada' 7/61) untuk ihram ketika beliau berihram, & pada waktu halal setelah beliau tahalul (di Mina 7/60) sebelum beliau thawaf di Baitullah (& dalam satu riwayat: sebelum thawaf ifadhah)."
764. Abdur Rahman ibnul-Qasim (orang yang paling utama pada zamannya 2/195) dari ayahnya (orang yang paling utama pada zamannya) Aisyah istri Nabi, ia berkata, "Saya mengenakan minyak wangi kepada Rasulullah (& dia membentangkan kedua tangannya), (dengan kedua tanganku ini) (dengan suatu jenis harum-haruman pada waktu haji wada' 7/61) untuk ihram ketika beliau berihram, & pada waktu halal setelah beliau tahalul (di Mina 7/60) sebelum beliau thawaf di Baitullah (& dalam satu riwayat: sebelum thawaf ifadhah)."
Bab 18: Orang yang Memulai Ihram dengan Mengikat Rambut
765. Dari Salim dari
ayahnya (Ibnu Umar) r.a., ia berkata, "Saya mendengar Rasulullah membaca
talbiyah dengan suara keras dengan mengikatkan kain di kepalanya sambil
mengucapkan (& dalam satu riwayat: Bahwa bacaan talbiyah Rasulullah 2/147):
'Labbaika
Allahumma labbaik, laa syariika laka labbaik, innal-hamda wan-ni'mata laka
wal-mulka, laa syariika laka'
'Aku sambut
panggilan-Mu ya Allah, aku sambut panggilan-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu, aku
sambut panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji & nikmat adalah kepunyaan-Mu,
demikian pula kekuasaan, tiada sekutu bagi-Mu (dengan tidak menambah kalimat
lain dari ini. 7/59)'."
Bab
19: Memulai Ihram di Masjid Dzul Hulaifah
766. Salim bin
Abdullah mendengar ayahnya berkata, "Rasulullah tidak membaca talbiyah
dengan suara keras melainkan dari sisi masjid, yakni masjid Dzul
Hulaifah."
Bab
20: Pakaian yang Tidak Boleh Dikenakan Oleh Orang yang Berihram
(Saya berkata,
"Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya bagian dari
hadits Ibnu Umar yang tersebut pada nomor 89 di muka.")
Bab 21: Naik Kendaraan & Membonceng di Belakang Ketika Mengerjakan Haji
767. Ibnu Abbas
mengatakan bahwa Usamah membonceng Nabi dari Arafah sampai Mudzalifah. Kemudian
beliau memboncengkan al-Fadhl dari Mudzalifah sampai ke Mina. Ia, berkata,
"Nabi selalu membaca talbiyah dengan suara keras sehingga beliau melempar
jumrah Aqabah."
Bab
22: Pakaian yang Boleh di Pakai Oleh Orang Berihram, Selendang & Kain
Panjang
Aisyah r.a.
mengenakan pakaian yang dicelup warna kuning ketika dia sedang ihram.[10]
Aisyah berkata, "Janganlah menutup hidung/muka dengan kain, janganlah memakai cadar, janganlah mengenakan pakaian yang dicelup dengan waras,[11] & jangan mengenakan pakaian yang dicelup dengan za'faran."[12]
Jabir berkata, "Saya tidak melihat kain yang dicelup kuning itu sebagai wewangian."[13]
Aisyah memandang tidak terlarang mengenakan perhiasan, kain hitam, merah mawar, & mengenakan khuf (kaos kaki) bagi wanita.[14]
Ibrahim berkata,
'Tidak mengapa orang yang berihram mengganti pakaiannya."[15]
768. Abdullah Ibnu Abbas r.a berkata, "Nabi berangkat dari Madinah setelah bersisir & meminyaki rambut, & mengenakan kain & selendang. Beliau tidak melarang sedikit pun dari selendang & kain kecuali yang dicelup dengan za'faran yang za'faran itu melekat di kulit. Beliau memasuki waktu pagi di Dzul Hulaifah, & beliau mengendarai kendaraan beliau. Sehingga, beliau tinggal di Baida'. Beliau & para sahabat membaca talbiyah (untuk haji 2/35), & beliau mengalungi unta beliau.
Demikian itu lima hari (dalam satu riwayat: pagi hari keempat) terakhir Dzulqai'dah, lalu beliau tiba di Mekah pada empat malam (dalam satu riwayat: pagi hari keempat) dari bulan Dzulhijjah, lalu beliau melakukan thawaf di Baitullah. Beliau melakukan sa'i antara Shafa & Marwah. Beliau tidak bertahalul karena unta beliau, karena beliau telah mengalunginya. Kemudian beliau singgah di daerah atas Mekah di Hajun di mana beliau membaca talbiyah untuk haji.
Beliau tidak mendekati Ka'bah setelah thawaf di sana sehingga beliau pulang & Arafah, & menyuruh para sahabat untuk thawaf di Baitullah & (sa'i) antara Shafa & Marwah. Kemudian mereka mencukur sebagian kepala mereka, & bertahalul. (Dalam riwayat lain: Lalu beliau memerintahkan mereka menjadikannya sebagai umrah), & yang demikian itu bagi yang tidak membawa unta yang dikalungi. Bagi orang yang bersama istrinya, maka istrinya itu halal baginya. Halal juga harum-haruman serta pakaian."
Bab 23: Orang yang Bermalam di Dzul Hulaifah Sampai Pagi Hari
Demikian dikatakan
oleh Ibnu Umar dari Nabi'saw.[16]
(Saya berkata,
"Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Anas yang
akan disebutkan sesudah tiga bab lagi.")
Bab
24: Mengeraskan Suara pada Waktu Memulai Ihram
(Saya berkata,
"Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya bagian dari
hadits Anas yang diisyaratkan di muka.")
Bab 25: Talbiyah
769. Aisyah r.a.
berkata, "Sungguh aku mengetahui bahwa Nabi mengucapkan talbiyah, yaitu:
'Labbaikallaahumma
labbaika, labbaika laasyariika laka labbaika, innal hamda wanni'mata laka'
'Kami penuhi pangilan-Mu,
ya Allah, kami penuhi panggilan-Mu. Kami penuhi panggilan-Mu, tiada sekutu
bagi-Mu, kami penuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji & kenikmatan
adalah bagi-Mu'."
[Sumber:
Ringkasan Shahih Bukhari - M. Nashiruddin Al-Albani - GIP; HaditsWeb]
Lanjutan tulisan di atas, dapat dilihat dilink berikut:
0 komentar:
Posting Komentar
hanya komentar yang baik, menyejukkan, mencerdaskan, menginspirasi